Jakarta, CNN Indonesia -- Perlahan tapi pasti, Raffat Altekrete membersihkan benda-benda milik pengunjung supermarket sebagai upaya melawan penyebaran
virus corona (
Covid-19). Hal tersebut juga ia lakukan sebagai ungkapan terima kasih kepada warga desa di sekitar supermarket yang telah menampungnya.
Altekrete merupakan pencari suaka asal Iran yang tinggal di kamp pengungsian terbesar di Belanda. Penampungan tersebut berada di Ter Apel, desa yang terletak sekitar 200 kilometer di timur laut Amsterdam.
Pria yang bekerja sebagai teknisi listrik itu berjaga bersama sejumlah pengungsi dan pekerja migran lainnya di depan supermarket Jumbo di dekat Ter Apel untuk melakukan disinfeksi guna mencegah penularan virus di Belanda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menggunakan lap pembersih, semprotan disinfektan, dan sarung tangan karet, Altekrete dengan suka rela mengelap keranjang belanja milik seorang pengunjung. Ia bahkan membantu membersihkan tongkat seorang lansia dan kunci mobil seorang pengunjung lainnya.
"Sebagai pengungsi, setidaknya yang bisa kami lakukan adalah untuk membantu orang-orang Belanda karena mereka telah melakukan segalanya untuk kami di Kamp Ter Apel," ujarnya dalam bahasa Arab.
Mengutip
Associated Press, pria 34 tahun ini mengatakan aksinya itu dilakukan secara suka rela dengan harapan bisa meningkatkan impresi baik bagi para pengungsi dan migran di Ter Apel.
Sejauh ini, pemilik pertokoan dan penduduk setempat sempat mengeluhkan perilaku tidak sopan bahkan pencurian yang dilakukan beberapa migran.
[Gambas:Video CNN]Seorang guru yang merupakan warga setempat, Karina Zuidinga pun menyambut baik inisiatif para pengungsi dan mengaku senang mereka menunjukkan kebaikannya ke seluruh desa.
"Saya senang mereka melakukannya. Mereka masuk berita karena alasan yang salah dan itu memalukan, karena 95 persen berperilaku sangat baik di sini," kata Zuidinga.
Semua penduduk migran yang baru memasuki Belanda harus mendaftarkan diri di pusat pengungsian di Desa Ter Apel.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian |
Setidaknya ada sekitar 1.900 pekerja migran yang mengungsi di pusat pengungsian yang berbatasan dengan Jerman itu.
Beberapa dari mereka tinggal di kamp hanya untuk beberapa hari, beberapa lainnya mengungsi di sana hingga keputusan untuk aplikasi suaka keluar.
Sementara Altekrete dan penduduk migran lain berjaga di pusat perbelanjaan, warga Belanda di Ter Apel menghibur pengungsi anak-anak di tengah pembatasan akses untuk menekan penyebaran corona.
Gisele Azad, menghibur anak-anak di pusat pengungsian dengan mengajak mereka membuat prakarya. Azad merupakan mantan pengungsi yang sudah tinggal di Belanda selama 24 tahun. Menurutnya, bekerja untuk yayasan "The Happiness" merupakan salah satu cara untuk membantu anak-anak ketika kunjungan dilarang.
"Kami melihat begitu banyak inisiatif berbeda yang sangat kreatif, seperti membuat sistem karaoke, sehingga Anda dapat melakukan karaoke di rumah," katanya.
Hingga Kamis (2/4), data dari situs
Worldometers menunjukkan, sebanyak 13.614 orang di Belanda dinyatakan positif virus corona. Sementara itu, ada lebih dari 1.100 kematian yang tercatat di Negeri Kincir Angin tersebut.
(ang/evn)