Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah negara di dunia sejauh ini dianggap telah berhasil menekan penyebaran
virus corona di negaranya. Beberapa negara-negara tersebut dipimpin oleh perempuan yang dinilai beberapa pihak berhasil mengendalikan pandemi
Covid-19.
Sejumlah pemimpin perempuan tersebut mulai dari Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, Presiden Taiwan Tsai Ing Wen, Perdana Menteri Islandia Katrin Jakobsdottri hingga Silveria Jacobs, Perdana Menteri Sint Maarten di Kepulauan Karibia.
Direktur Eksekutif Wanita PBB Phumzile Mlambo-Ngcuka menyebut bahwa dunia sangat membutuhkan lebih banyak pemimpin perempuan dan perwakilan perempuan yang setara di semua tingkat politik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip
CNN, para pemimpin perempuan ini mengambil langkah tegas dan strategis untuk menghalau penyebaran SARS-Cov-2. Mulai dari melakukan pengetesan massal hingga karantina wilayah (
lockdown).
Jerman, Taiwan, dan Selandia Baru menerima penghargaan atas penanganan pandemi yang mengesankan. Keberhasilan negara-negara yang dipimpin oleh para perempuan ini menarik perhatian, mengingat bahwa perempuan hanya mengantongi porsi kurang dari tujuh persen jajaran kepemimpinan di dunia.
Pengujian skala besarKanselir Angela Merkel melakukan pengawasan untuk program pengujian virus corona di Jerman yang menjadi skala terbesar di Eropa. Sekitar 350 ribu tes dilakukan setiap minggunya. Upaya ini berhasil mendeteksi virus lebih awal sehingga isolasi dan perawatan pasien menjadi efektif.
 Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian |
Merkel juga membuat tempat perawatan pasien virus corona paling intensif di Eropa. Kepala Virologi Rumah Sakit Universitas di Heidelberg Hans-Georg Krausslich mengatakan keberhasilan Jerman dalam meminimalisir kematian dipengaruhi oleh pengambilan keputusan dan kapabilitas perawatan pasien yang terinfeksi.
"Mungkin kekuatan terbesar di Jerman adalah pengambilan keputusan rasional di tingkat pemerintahan tertinggi dikombinasikan dengan kepercayaan yang dinikmati populasi," kata Hans.
[Gambas:Video CNN]Jerman memang menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus dan angka kematian tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat, Spanyol, dan Italia.
Di sisi lain, angka kematian di Jerman terhitung sangat rendah dibandingkan negara yang terdampak besar oleh virus lainnya. Jerman hanya memiliki sebanyak 3.495 kematian akibat virus, atau sekitar 2,64 persen dari total penduduk terinfeksi.
Menggenjot produksi maskerSelain Jerman, Taiwan juga melakukan upaya intervensi medis sejak dini bagi 24 juta warganya dari penularan virus corona. Sejak awal penyebarannya di awal Januari lalu, Presiden Tsai Ing Wen dengan segera memerintahkan untuk memblokir semua penerbangan yang datang dari Wuhan, kota pusat penyebaran pandemi Covid-19.
Di dalam negeri, Tsai mengisoiasi pendirian pusat komando epidemi dan menggenjot peralatan pelindung diri seperti masker. Untuk mencegah penularan dari kasus impor, ia juga membatasi semua penerbangan dari China, Hong Kong, dan Makau.
Langkah strategis yang dilakukan Tsai hingga kini membuat kasus pandemi hanya sebanyak 393 pasien dan enam kematian.
Keberhasilan Tsai mendapat pengakuan dari Departemen Luar Negeri AS yang mengapresiasi keberhasilannya membendung penyebaran Covid-19 di Taiwan. Deplu AS kemudian menyerukan agar Taiwan diberi status pengamat di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Setelah penyebaran kasus kian melemah, Taiwan kini mengekspor jutaan masker wajah untuk membantu Uni Eropa dan negara lain yang masih berjuang menaklukkan virus corona.
Sementara itu, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern tanpa pikir panjang membuat kebijakan untuk menutup perbatasan bagi setiap warga asing mulai 19 Maret lalu. Berselang empat hari, ia kemudian mengumumkan untuk melakukan penguncian wilayah (
lockdown) skala nasional pada 23 Maret 2020 selama tiga minggu.
Kebijakan tersebut mengharuskan para pekerja untuk tetap tinggal di rumah kecuali untuk keperluan belanja bahan makanan atau berolahraga.
Tindakan tegas dan cepat tersebut membuat Selandia Baru hingga kini hanya memiliki sekitar 1.386 kasus dengan sembilan kematian. Kendati kurva kasus dan angka kematian mulai melambat, Ardern menegaskan jika pemerintahannya belum berencana untuk melonggarkan atau mencabut kebijakan
lockdown lebih cepat dari rencana awal.
"Dalam menghadapi ancaman terbesar terhadap kesehatan manusia yang telah kita saksikan di lebih dari seabad, Kami bersama-sama mengimplementasikan tembok pertahanan nasional," ujar Ardern dalam pidatonya, Kamis (15/4).
 Salah satu kampanye Selandia Baru selama lockdown karena virus corona. (Foto: AP Photo/Mark Baker) |
Tingkat kematian rendah di IslandiaEmpat dari lima negara di Eropa Timur dipimpin oleh perempuan dan sebagian besar mencatat tingkat kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya.
Salah satunya adalah Perdana Menteri Islandia Katrin Jakobsdottir yang dinilai berhasil menekan angka penyebaran virus corona. Ia melakukan pengujian besar-besaran secara acak dan mencatat hasil yang berpengaruh bagi negara lain di dunia.
Pengujian yang dilakukan di Islandia berhasil menemukan bahwa setengah dari semua orang yang dinyatakan positif terinfeksi virus ternyata tidak menunjukkan gejala awal. Fakta tersebut membuat negara lain meningkatkan kewaspadaan terhadap virus serupa SARS tersebut.
Selain menggelar tes massal, Islandia juga secara agresif melacak kontak dan mengkarantina orang-orang yang diduga terinfeksi virus corona.
Larangan keluar rumah bagi warga di Kepulauan KaribiaPerdana Menteri Silveria Jacobs dari Sint Maarten di Kepulauan Karibia secara tegas melarang warganya keluar rumah selama dua pekan. Melalui transmisi video yang kemudian viral di seluruh dunia, Jacobs mengingatkan warganya untuk berhenti keluar rumah agar tak tertular virus corona.
"Jika kamu tidak memiliki jenis roti yang kamu suka di rumahmu, makan kerupuk. Jika kamu tidak memiliki roti, makan sereal. Makan gandum," katanya dengan tegas.
Kendati sejumlah negara mulai mencatat pelemahan kasus Covid-19, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan saat ini masih terlalu dini untuk mengklaim satu negara telah terbebas dari pandemi virus corona.