Jakarta, CNN Indonesia --
Ramadan telah tiba. Namun, suasana tahun ini menjadi berbeda karena seluruh dunia saat ini sedang menghadapi wabah
virus corona (Covid-19).
Meski demikian, Ramadan bagi umat Islam adalah bulan penuh berkah dan pantang dilewatkan tanpa melakukan beragam ibadah.
Berbagi makanan atau berbuka bersama lazim dilakukan di seluruh dunia ketika memasuki Ramadan. Namun, kini hal itu tidak bisa sembarangan dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ulama Mesir sudah meminta supaya umat Islam untuk sementara tidak beribadah berjemaah di masjid. Padahal, ibadah berjemaah saat Ramadan diganjar pahala yang besar.
"Kami berharap hal ini bisa meringankan kesulitan yang mereka alami," kata muazin masjid di distrik Bahtim, Mesir, Abdul Rahman, seperti dilansir
Associated Press, Rabu (22/4).
Di banyak negara, Ramadan bukan hanya soal menahan lapar dan haus dari Subuh hingga matahari terbenam. Umat Islam juga mengumpulkan sanak saudara untuk berbuka puasa bersama, dilanjutkan dengan salat wajib dan Tarawih berjemaah di masjid.
Meski begitu, umat Islam di negara lain berusaha menjaga agar semangat Ramadan tidak redup di tengah situasi wabah virus corona.
Mesir dan Libanon memutuskan untuk membolehkan para penduduk untuk keluar rumah membeli makanan menjelang berbuka puasa hingga pukul 20.00 waktu setempat. Setelah itu mereka semua harus kembali ke kediaman masing-masing.
Sementara pemerintah Suriah hanya membolehkan para penduduknya bepergian antarkota dan antarprovinsi dua hari dalam sepekan saat Ramadan.
 Iktikaf di masjid saat Ramadan. (AFP PHOTO / JUNI KRISWANTO) |
Kisah lain datang dari Malaysia. Pemerintah Negeri Jiran memutuskan melarang bursa jajanan yang biasanya ramai pada Ramadan, untuk menghindari penularan virus corona.
Para pedagang tidak bisa berbuat banyak dan harus mengikuti aturan pemerintah, sembari berharap wabah ini segera berlalu.
"Saya hanya berharap bisa berkumpul lagi bersama keluarga," kata seorang pedagang bazar Ramadan di Malaysia, Mohamad Fadhil.
Relawan di wilayah Kashmir, yang menjadi rebutan antara India dan Pakistan, mengirimkan bahan makanan berupa beras hingga biji-bijian untuk para penduduk yang tidak mampu.
"Kita harus membantu para penduduk tersebut," kata seorang relawan di Kashmir, Sajjad Ahmad.
Meski begitu, kondisi di Jalur Gaza menjelang Ramadan tahun ini kemungkinan akan sulit bagi penduduk setempat. Lembaga amal Salam yang biasanya diminta untuk menyalurkan bantuan menjelang bulan suci, kali ini justru sebaliknya.
"Tahun lalu menjelang Ramadan kami dikontrak oleh tiga pihak untuk menyalurkan bantuan bagi warga miskin. Namun, tahun ini tidak ada sama sekali. Saya pikir kesempatan akan terlewat karena Ramadan akan dimulai beberapa hari lagi," ujar juru bicara Yayasan Salam, Omar Saad.
Warga Gaza sangat mengharapkan bantuan bahan pokok karena lebih dari dua juga penduduknya miskin. Hal itu terjadi akibat blokade yang dilakukan oleh Israel dan Mesir selama 13 tahun.
Kenyataan yang dialami warga Gaza tidak bisa dipungkiri. Negara-negara saat ini sedang sibuk melindungi warganya dari penyebaran virus corona. Meski demikian, ganjaran pahala untuk saling membantu di masa sulit sangat besar.
"Yang kaya harus membantu yang miskin. Solidaritas harus dikedepankan. Hal itu yang dilakukan Nabi Muhammad S.A.W., di masa perang. (Menghadapi) Covid-19 seperti peperangan," kata seorang ulama Senegal, Taib Soce.
(ayp)
[Gambas:Video CNN]