Pada 28 Maret, petisi yang ditandatangani oleh sekitar dua ribu ilmuwan termasuk ketua Yayasan Nobel Carl-Henrik Heldin, mendesak pemerintah Swedia "segera mengambil langkah yang sesuai dengan rekomendasi WHO."
Para ilmuwan ini menambahkan bahwa langkah-langkah itu harus bertujuan membatasi kontak antar warga dan meningkatkan kemampuan memeriksa penyakit Covid-19 di kalangan warga.
"Langkah-langkah ini harus segera diterapkan, karena itu yang dilakukan negara-negara tetangga kita di Eropa," tulis para ilmuwan itu. "Negara kita tidak boleh berbeda sendiri dalam upaya mengatasi pandemi ini."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petisi ini juga mengatakan bahwa mencoba "menciptakan satu
herd immunity, seperti yang diterapkan saat terjadi pandemi influenza, tidak didukung kuat secara ilmiah."
Pemerintah Swedia sendiri membantah tudingan menerapkan strategi penciptaan
herd immunity itu.
Menteri Kesehatan dan Sosial Swedia Lena Hallengren mengatakan kepada
CNN: "Tidak ada strategi menciptakan
herd immunity untuk mengatasi Covid-19 di Swedia. Negara ini memiliki tujuan yang sama dengan negara lain yaitu menyelamatkan nyawa dan melindungi kesehatan rakyat."
"Hingga sekarang Swedia memiliki jumlah kematian lebih banyak [dibandingkan negara Eropa lain], dan itu kemungkinan disebabkan karena kami tidak menerapkan
lockdown yang ketat dan tidak ada
lockdown yang diatur berdasarkan undang-undang,” kata Jan Albert, ilmuwan dari Karolinska Institutet.
Tetapi dia meyakini sebagian besar ilmuwan Swedia "cukup tenang" soal rencana
herd immunity karena mereka berpendapat strategi ini bisa berhasil.
"Apa strategi negara lain?" tanya Albert. "
Herd immunity hanya satu-satunya yang bisa menghentikan ini semua, kecuali ditemukan vaksin dalam waktu cepat, yang tidak mungkin terjadi.
 Ilustrasi pasien virus corona. (AP/Jean-Francois Badias) |
"Sebenarnya tidak satu pun orang di Swedia, atau di negara lain, yang tahu soal strategi terbaik. Hanya waktu yang akan menunjukkan hal itu."
Dia yakin
lockdown yang lebih ketat "hanya akan membuat kurva merata dan hal ini tidak berarti kasus baru akan hilang, kasus itu hanya bergerak sesuai waktu."
“Selama sistem kesehatan bisa mengatasi hal ini dan bisa merawat mereka yang membutuhkan, tidak ada kepastian bahwa kasus baru di masa depan akan lebih baik situasinya."
Melindungi sistemAlbert percaya sistem kesehatan Swedia mampu mengatasi pandemi ini. Hal sama diyakini Peter Lindgren, Direktur utama Institut Ekonomi Kesehatan Swedia (IHE).
Lindgren mengatakan kepada
CNN bahwa jumlah pasien yang dirawat di unit gawat darurat rumah sakit stabil dalam beberapa pekan belakangan. “Jadi dari aspek ini, kebijakannya cukup berhasil."
Tetapi, dia menambahkan, masalahnya adalah penyakit ini merambat ke panti jompo. Akibatnya ada korban di kalangan orang berusia lanjut. Menteri Halengren menyebut salah satu kekhawatiran saat ini adalah upaya memperkuat perlindungan penghuni panti jompo.
Menurut dia, masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan pasti terkait efektivitas langkah-langkah yang diterapkan Swedia.
Halengren menambahkan hanya karena Swedia tidak menerapkan "
lockdown penuh" bukan berarti "semua berjalan seperti biasa" dan kebijakan pun "terus menerus dievaluasi" dengan bantuan para pakar untuk memastikan kebijakan yang benar diambil di saat yang tepat.
Larangan berkumpul lebih dari 50 orang dan warga "diminta keras" agar menghindari perjalanan domestik yang tidak perlu.
Menteri Luar Negeri Swedia dikutip koran
Guardian mengungkapkan bahwa masih terlalu dini untuk menilai pendekatan yang diterapkan negaranya.
"Banyak terjadi kesalahpahaman,” ujar Ann Linde. "Kami memiliki tujuan yang sama dengan semua pemerintah negara. Dan seperti yang selalu kami katakan, kami sangat siap untuk menerapkan aturan yang lebih mengikat jika warga tidak mentaati aturan saat ini."
Dia mengatakan angka kematian yang cukup tinggi "tidak diharapkan" dan kematian di panti jompo merupakan "satu hal yang menjadi kegagalan kami."
Badan Kesehatan Masyarakat Swedia memperkirakan hampir sepertiga penduduk Stockholm tertular Covid-19 pada 1 Mei. Ini berarti lebih dari 200 ribu orang, jauh lebih tinggi dari angka kasus positif corona tingkat nasional yang tercatat hingga sekarang.
Kurang dari 24 jam kemudian, terjadi kebingungan ketika badan ini mengumumkan di akun Twitternya bahwa "ada kesalahan' dalam laporan itu dan kemudian mengatakan model matematikanya telah diperbaiki. Badan ini menegaskan bahwa 26 persen penduduk kota Stockholm akan terjangkit corona pada 1 Mei.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian INFOGRAFIS AGAR TAK TERTULAR VIRUS CORONA |
Badan ini memperkirakan sekitar 75 kasus tak terkonfirmasi pada setiap satu kasus Covid-19 yang tercatat, tetapi puncak penyebaran virus ini telah lewat.
Pakar epidemiologi pemerintah Swedia Anders Tegnell mengatakan negaranya kemungkinan akan jauh lebih siap dalam menghadapi gelombang kedua virus corona karena jumlah orang yang terjangkit penyakit itu sudah begitu banyak.
Apakah strategi Covid-19 Swedia berhasil atau gagal baru akan terkuak beberapa bulan mendatang. Namun ketika banyak negara di dunia menghitung angka kematian dan mencoba berpikir langkah lain untuk mengatasi, kebijakan Swedia ini akan terus diperhatikan.
(yns/dea)
[Gambas:Video CNN]