Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala penasihat Perdana Menteri
Inggris Boris Johnson, Dominic Cummings, mengaku tak menyesal melanggar aturan pembatasan pergerakan demi mencegah penyebaran
virus corona (Covid-19).
Cummings kedapatan bepergian ratusan kilometer dari Ibu Kota London ke Kota Barnard Castle dan menginap di salah satu rumah milik orang tuanya ketika pemerintah Inggris memerintahkan warga berdiam diri di rumah dan melarang bepergian.
Ia juga menolak meminta maaf atas pelanggaran yang ia lakukan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak menyesali apa yang saya lakukan," kata Cummings kepada wartawan di London pada Senin (25/5).
Cummings berulang kali didesak untuk meminta maaf kepada rakyat Inggris karena melanggar aturan pembatasan pergerakan. Beberapa pihak bahkan mendesak ia mundur dari jabatannya di pemerintahan.
Namun, Cummings berdalih dengan menganggap bahwa perjalanannya itu adalah "hal terbaik untuk dilakukan."
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian |
Ia beralasan bahwa perjalanan itu dilakukan demi menguji penglihatannya dan memastikan bahwa ia cukup sehat untuk mengendarai mobilnya kembali ke London.
Cummings menyalahkan media yang membesar-besarkan berita ini dan menciptakan "suasana sangat buruk" di London.
Dilansir
CNN, Cummings mengatakan ia tidak meminta izin PM Johnson terkait keputusan untuk bepergian ke luar kota.
"Saya tidak tahu, mungkin harusnya saya melakukan itu," kata Cummings saat ditanya wartawan apakah seharusnya dia memberi tahu PM Johnson sebelum melakukan perjalanan itu.
Namun, beberapa jam kemudian, PM Johnson mengatakan Cummings telah memberi tahu keberadaannya "dalam percakapan singkat" pada April lalu.
"Yang saya pikir adalah ketika saya sakit, Dominic Cummings memberi tahu saya soal keberadaannya dalam percakapan singkat itu," kata Johnson.
Johnson mengaku tidak terlalu memperhatian keberadaan stafnya itu lantaran sibuk menangani pandemi.
"Pada tahap tertentu ini banyak hal yang saya pikirkan jadi saya benar-benar tidak fokus pada masalah ini sampai cerita ini muncul di media beberapa hari terakhir," kata Johnson.
Johnson terus berada di dalam tekanan menyusul tren penularan Covid-19 yang terus meningkat di Inggris. Berdasarkan statistik
Worldometer par Selasa (26/5), Inggris tercatat memiliki 261.184 kasus corona dengan 36.914 kematian.
Pada 16 Maret lalu, Johnson memberlakukan larangan perjalanan non-esensial bagi seluruh warga Inggris. Pemerintah Inggris meminta seluruh masyarakat untuk berdiam diri di rumah, menghindari perkumpulan massa, menjaga jarak, dan menutup seluruh tempat publik dan hiburan.
Akibat insiden ini, Johnson juga terus didesak berbagai kelompok politik untuk memecat Cummings akibat tindakannya tersebut. Cummings selama ini dianggap sebagai otak yang berhasil membantu Johnson mempertahankan jabatan perdana menterinya.
(rds/dea)
[Gambas:Video CNN]