Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Inggris
Boris Johnson merespons gelombang demonstrasi
antirasisme yang terjadi di Amerika Serikat dalam lebih dari sepekan terakhir. Gelombang protes di AS dipicu kematian seorang warga kulit hitam
George Floyd oleh polisi di Minneapolis pada 25 Mei lalu.
Johnson mengatakan pihaknya tidak menoleransi rasisme dan kekerasan terhadap etnis minoritas terjadi di Inggris.
"Saya terkejut dan muak melihat apa yang terjadi dengan kematian George Floyd," ujar Johnson disela konferensi pers seperti dikutip dari
CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kepada semua orang di Amerika Serikat kami sampaikan jika rasisme dan kekerasan terhadap etnis minoritas tidak memiliki tempat di tengah warga Inggris," ucapnya.
Ia juga mengatakan jika aksi demo yang terjadi di AS merupakan bagian dari hak warga untuk menuntut keadilan.
"Saya pikir, orang memiliki hak untuk memprotes agar mereka didengar atas ketidakadilan seperti yang terjadi pada George Floyd. Kehidupan setiap orang penting. Hitam itu penting, tetapi kita juga harus melawan virus ini (corona)," ujarnya.
[Gambas:Video CNN]Kekhawatiran penularan virus corona di tengah aksi demo kematian Floyd yang diikuti ribuan orang juga sempat diperingatkan oleh Jenderal Ahli Bedah AS, Jerome Adams.
"Saya khawatir terhadap konsekuensi kesehatan masyarakat, baik individu dan institusi serta orang-orang yang protes dengan cara yang berbahaya bagi diri mereka sendiri dan bagi kelompok mereka," kata Adams kepada Politico dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Senin (1/6).
Demonstrasi merupakan aktivitas warga yang bertentangan dengan imbauan jaga jarak fisik dan berpotensi menjadi sumber baru penularan Covid-19.
"Berdasarkan cara penyebaran penyakit, selalu ada alasan terjadi klaster baru dan potensi wabah baru," ujarnya seperti dikutip dari CNN, Rabu (3/6).
Selain di AS, gelombang demonstrasi kematian George Floyd juga digelar di sejumlah negara Eropa hingga Amerika Latin.
(cnn/evn)