Jakarta, CNN Indonesia --
Jepang menghadapi gelombang kedua penularan
virus corona (
Covid-19) setelah mencapai rekor nihil kasus baru sejak 30 April-22 Mei lalu.
Gelombang kedua corona terjadi setelah Kota Kitakyushu di Fukuoka menemukan 119 kasus baru Covid-19 dalam 11 hari terakhir.
Dari ratusan pasien Covid-19 baru itu, sebanyak 11 di antaranya merupakan siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Hal itu mendorong pemerintah Fukuoka kembali meliburkan sekolah dan menutup fasilitas umum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pihak berwenang Jepang juga menemukan 34 kasus corona baru di Ibu Kota Tokyo pada Selasa (2/6). Ini pertama kalinya lonjakan kasus corona baru mencapai lebih dari 30 di Tokyo sejak 14 Mei lalu.
Sebanyak 12 dari 34 kasus corona baru di Tokyo dikabarkan belum dilacak. Hal itu memungkinkan ada peningkatan jumlah penularan corona di ibu kota.
Lonjakan itu mendorong Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengeluarkan "Peringatan Tokyo" yang dapat mendorong penutupan kembali aktivitas bisnis dan tempat publik demi menekan angka penularan.
Koike menuturkan Tokyo Alert bertujuan membangun kesadaran di kalangan penduduk tentang seberapa luas infeksi menyebar di ibu kota.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian Insert Artikel - Waspada Virus Corona |
"Namun, ini tidak berarti kami (segera) mengubah rencana kami membuka kembali kegiatan sosial dan ekonomi. Tapi, meski begitu kami tetap ingin menegaskan kembali imbauan kami agar masyarakat menahan diri dari kegiatan berkumpul dan aktivitas malam," ucap Koike seperti dilansir
The Straits Times pada Kamis (4/6).
Gelombang kedua penularan corona ini terjadi setelah Perdana Menteri Shinzo Abe mencabut status darurat di Fukuoka pada 14 Mei lalu dan di Tokyo pada awal pekan ini.
[Gambas:Video CNN]Sementara itu, pemerintah pusat Jepang mengatakan telah mengantisipasi penemuan kasus baru di tengah relaksasi sosial dan ekonomi saat ini.
"Lonjakan kecil dalam beberapa kasus sudah diantisipasi. Sifat virus ini pada titik dan waktu ini adalah tidak mungkin mengurangi tingkat penularan sampai menjadi nol kasus," ucap dr.. Shigeru Omi, Wakil Kepala Panel Pakar Pemerintah Jepang Tanggap Covid-19.
Omi menegaskan tidak ada keadaan darurat yang mesti diberlakukan pemerintah melihat lonjakan kecil kasus baru ini.
"Intinya adalah kita harus cepat bergerak menanggapi situasi dan untuk menghindari penyebaran penyakit lebih lanjut dengan mengidentifikasi rantai penularan," papar Omi.
Sejauh ini, berdasarkan data pemerintah, Jepang mencatat 17.000 kasus corona dengan 901 kematian.
(rds/evn)