Presiden Korea Selatan Minta Korea Utara Setop Permusuhan

CNN Indonesia
Senin, 15 Jun 2020 18:10 WIB
South Korea's President Moon Jae-in delivers an annual budget address at the National Assembly in Seoul on October 22, 2019. (Photo by JUNG YEON-JE / pool / AFP)
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. (Foto: AFP Photo/Pool/Jung Yeon-Je)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in meminta Korea Utara berhenti meningkatkan permusuhan dan kembali pada upaya perundingan denuklirisasi.
 
Dia juga menyebut para pesaing tidak boleh membalikkan kesepakatan damai yang ia capai dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada KTT 2018.
 
Upaya Presiden Moon Jae-in untuk meredakan permusuhan yang meningkat terjadi ketika Jumat lalu, Korea Utara mengancam akan menghancurkan kantor penghubung (liaison office) dan mengambil langkah militer terhadap Korea Selatan.
 
Jika itu dilakukan, penghancuran kantor tersebut dapat menimbulkan kemunduran serius terhadap upaya Moon untuk memulihkan rekonsiliasi Korea dan menemukan solusi negosiasi masalah nuklir Korea Utara.

"Korea Utara tidak boleh memutuskan komunikasi dan menciptakan ketegangan untuk mengubah waktu ke masa konfrontasi masa lalu. Kita tidak harus mendorong kembali janji perdamaian yang Saya dan Pemimpin Kim Jong-un buat dalam dua pertemuan puncak pada tahun 2018," kata Moon pada Senin (15/6) seperti mengutip Associated Press.

Moon bertemu Kim tiga kali pada 2018, termasuk puncak pertemuan antara keduanya dengan Presiden Donald Trump di Singapura. Pertemuan keduanya terkait upaya diplomasi antara Pyongyang dan Washington yang kini mandek.

[Gambas:Video CNN]

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama dua dari tiga pertemuan antar-Korea, Moon dan Kim sempat sepakat untuk mencapai denuklirisasi Semenanjung Korea dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pertukaran dan menekan kebuntuan militer.

Pada awalnya, KTT tersebut membantu meningkatkan hubungan kedua negara secara signifikan, sebelum hubungan mereka merenggang lagi setelah runtuhnya KTT Kim-Trump kedua di Vietnam pada awal 2019.

Pernyataan Moon merespons sikap Korea Utara yang mengeluarkan serangkaian peringatan keras terhadap Korea Selatan. Korut menuduh Korsel gagal mencegah aktivis meluncurkan selebaran propaganda melintasi perbatasan mereka.

Sebagai upaya menenangkan Korea Utara, pemerintah Moon bersumpah untuk melarang kampanye pendudukan sipil. Namun Korut menilai tanggapan Korsel tersebut kurang tulus.

Beberapa pengamat mengatakan Korea Utara sangat frustrasi karena Seoul gagal melepaskan diri dari Washington dan menghidupkan kembali proyek ekonomi bersama yang terhenti dan ditahan oleh sanksi yang dipimpin AS.

Mereka juga berspekulasi bahwa Korea Utara awalnya berpikir Moon akan membantunya memenangkan sanksi yang sangat dibutuhkan, namun kemudian Korea Utara marah setelah Kim kembali ke negaranya dengan tangan kosong dari KTT 2019 dengan Trump.
 
Moon mengatakan Korea Utara dan Korea Selatan harus mengambil inisiatif dalam menemukan terobosan, menyebut dua negara itu sebagai 'tuan takdir untuk Semenanjung Korea'. Dia mengatakan pemerintahnya akan terus berusaha mempromosikan dialog dengan Korea Utara.

(ans/evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER