Pemerintah Iran menyatakan akan menyerahkan kotak hitam pesawat Boeing 737-800 maskapai Ukraine International Airlines yang jatuh ditembak rudal ke Prancis, karena tidak sanggup membaca data dari perangkat tersebut.
Dilansir AFP, Rabu (24/6), Iran menyatakan mereka tidak mempunyai kemampuan teknis untuk membaca data dari dua kotak hitam tersebut.
Pesawat nahas itu jatuh akibat ditembak rudal pada 8 Januari lalu. Saat itu angkatan bersenjata Iran tengah meluncurkan serangan rudal ke pangkalan militer Amerika Serikat di Irak, sebagai balasan atas serangan udara yang menewaskan mendiang Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Qasem Soleimani.
Operator rudal di Bandara Teheran mendapat perintah menembak pesawat itu karena dikira jet tempur AS. Padahal, pesawat itu mengangkut 176 penumpang dan awak hendak menuju Kanada.
Para penumpang yang sebagian besar memiliki kewarganegaraan Iran dan Kanada tidak ada satupun yang selamat.
Angkatan bersenjata Iran baru mengakui mereka salah tembak tiga hari setelah kejadian.
Setelah ditekan dari dunia selama enam bulan, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, menyatakan kepada Menteri Luar Negeri Kanada, Francois-Philippe Champagne, bahwa mereka akan mengirim kotak hitam itu ke Prancis.
Wakil Menlu Iran bidang hukum, Mohsen Baharvand, menyatakan keputusan itu diambil setelah pemerintah Ukraina tidak merespon permintaan mereka untuk menerima penyerahan kotak hitam itu.
Pemerintah Iran juga meminta Ukraina segera menunjuk koordinator untuk melakukan perundingan tentang ganti rugi. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan kecewa atas tawaran yang diajukan Iran.
Zelensky malah memperingatkan Iran bahwa mereka akan mencari keadilan melalui pengadilan arbitrase internasional, dan tetap menuntut ganti rugi serta permintaan maaf dari Iran atas kejadian tersebut.
Di sisi lain, keluarga korban yang berada di Iran juga menuntut keadilan terkait kejadian itu. Mereka mengaku selama ini ditekan oleh lembaga intelijen Iran supaya tetap diam.
Bahkan, upacara pemakaman korban dilakukan secara sederhana dan dikawal anggota IRGC berpakaian bebas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penulis novel berkebangsaan Iran yang berada di Kanada, Hamed Esmailioun, yang kehilangan istri dan seorang anak perempuan yang berusia 9 tahun dalam kejadian itu tetap menuntut pertanggungjawaban pemerintah Iran. Dia menyatakan tidak akan berhenti sebelum pemerintah Iran mengungkap siapa saja orang yang terlibat dalam kejadian itu.
(afp/ayp)