Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak kritik atas niat memfungsikan kembali Hagia Sophia sebagai masjid.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, meminta pemerintah Turki tetap membiarkan bangunan yang semula adalah gereja tetap menjadi museum dan terbuka untuk seluruh kalangan.
Niat Erdogan memfungsikan Hagia Sophia juga memicu perselisihan dengan Yunani. Sebab, kelompok Gereja Ortodoks di Yunani menganggap Katedral Byzantium adalah salah satu tempat suci.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tuduhan terhadap negara kami atas Hagia Sophia adalah serangan langsung terhadap hak dan kedaulatan kami," kata Erdogan seperti dikutip dari AFP.
Pompeo yang merupakan seorang penganut Protestan evangelikalis, dan kerap menyuarakan soal hak-hak kelompok pemeluk agama minoritas, mengatakan pemerintah AS berharap bisa tetap menjalin dialog dengan Turki untuk mempertahankan situs-situs religi dan kebudayaan.
"Amerika Serikat melihat pengubahan status Hagia Sophia mereduksi nilai warisan bangunan yang luar biasa ini dan kemampuannya yang tak tertandingi, sangat langka di dunia modern, untuk melayani umat manusia sebagai jembatan yang sangat dibutuhkan antara orang-orang dari tradisi dan budaya agama yang berbeda," ucap Pompeo.
Dewan Negara telah bertemu pada Kamis untuk mengevaluasi rencana tersebut. Pengadilan Turki akan mengumumkan status Hagia dalam 15 hari ke depan.
Bangunan itu sebelumnya merupakan gereja yang dibangun oleh Kekaisaran Byzantium di pusat kota Konstantinopel.
Setelah kota itu direbut melalui peperangan, Sultan Mehmed II yang memimpin peyerbuan membangun masjid di mengelilingi gereja itu.
Setelah Kekhalifahan Ottoman tumbang, tokoh nasionalis sekuler dan mantan presiden Turki, Mustafa Kemal Ataturk, mengubah Hagia Sophia menjadi museum.
Pada Mei lalu, para ulama Turki menggelar ibadah salat di Hagia Sophia untuk memperingati penaklukan kota Konstantinopel (kini Istanbul) oleh dinasti Ottoman pada 1453.
(dea)