Profesor Xu Zhangrun dibebaskan setelah sempat ditahan selama sepekan usai menerbitkan esai yang mengkritik cara Presiden China Xi Jinping menangani pandemi virus corona.
Rekan-rekan Xu mengatakan jika profesor hukum di Universitas Tsinghua itu telah dibebaskan pada Minggu (12/7).
"Dia kembali ke rumah pada hari Minggu dan dalam keadaan baik-baik saja," ujar dua teman Xu yang enggan menyebutkan namanya kepada AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Xu dijemput oleh lebih dari 20 orang di rumahnya di Beijing pada 6 Juli lalu. Seorang laki-laki yang mengaku sebagai polisi kemudian menelepon istri Xu untuk mengatakan bahwa suaminya telah ditangkap.
"Ini kabar baik bahwa Profesor Xu telah dibebaskan, tetapi dia seharusnya tidak ditahan sejak awal," kata Yaqiu Wang, peneliti China di Human Rights Watch.
Penangkapan Xu sempat menuai kecaman dari Uni Eropa dan Amerika Serikat yang mengatakan jika hal tersebut sebagai sebuah pelanggaran, mendesak agar segera dibebaskan.
![]() |
Xu ditangkap atas dugaan meminta jasa pekerja seks saat tengah berkunjung bersama sejumlah tokoh China liberal ke Chengdu pada musim dingin lalu. Meskipun tidak jelas apakah penangkapan ini ada kaitannya dengan perjalanan tersebut yang menurutnya sebagai tuduhan 'konyol dan dibuat-buat'.
Profesor Xu merupakan seorang profesor hukum dari Universitas Tsinghua pada akhir Maret lalu sempat dinonaktifkan dan diselidiki lantaran membuat esai yang mengkritisi cara Presiden Xi menangani Covid-19.
Sahabat Xu, Guo Yuhuo mengatakan jika ia dicopot dari semua posisi mengajar hingga proses penyelidikan terhadapnya selesai dilakukan. Guo mengatakan tidak jelas penyebab penonaktifan Xu, namun sebagian besar diduga karena esai yang dirilis pada Juli 2018 lalu.
Profesor Xu yang membuat tulisan berjudul "Imminent Fears, Immediate Hopes" menantang arah pergerakan China di bawah pemerintahan Xi dan menyerukan pemberlakuan kembali batasan masa kepresidenan, yang secara kontroversial dihapus pada awal 2018.
(evn)