Rusia menyampaikan penyesalan atas keputusan Turki yang mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid. Pernyataan ini disampaikan sebagai respons atas keputusan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang mengubah situs Warisan Dunia UNESCO itu.
Juru bicara Gereja Ortodoks Rusia Vladimir Legoida mengatakan kerpihatinannya lantaran pemerintah Turki tidak mendengar suara dari jutaan umat Kristen.
"Kami prihatin jutaan suara orang Kristen 'tidak didenger' oleh pihak berwenang Turki," ujar Legoida seperti dilaporkan AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berharap keputusan apapun terkait bangunan bersejarah bisa memperhitungkan signifikansinya bagi umat beragama di dunia."
Pernyataan Legoida bertolak belakang dengan yang disampaikan setelah Wakil menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Vershinin menyatakan bahwa keputusan untuk memfungsikan kembali Hagia Sophia sebagai masjid merupakan urusan dalam negeri Turki.
"Kami melanjutkan dari fakta bahwa ini adalah urusan dalam negeri Turki yang mana kami ataupun pihak lain tidak boleh ikut campur," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Vershinin, di Moskow, seperti dilansir AFP, Senin (13/7).
Vershinin hanya menekankan bagaimanapun juga Hagia Sophia adalah bangunan yang penting bagi peradaban dunia.
![]() |
Pada 10 Juli lalu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, memfungsikan kembali Hagia Sophia yang berada di Istanbul sebagai masjid. Keputusan ini menuai kekecewaan dari beberapa negara termasuk Amerika Serikat, Rusia, dan Yunani.
Bahkan, Badan Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pun telah melayangkan protes resmi atas alih fungsi Hagia Sophia menjadi masjid, terutama karena pemerintah Turki tidak mengkomunikasikan hal itu sebelumnya.
Hagia Sophia dibangun pada tahun 537-1435 M. Di zaman Kekaisaran Byzantium, bangunan yang terkenal akan arsitektur dan kubah besarnya itu merupakan sebuah gereja.
Ketika Sultan Muhammad al Fatih (Mehmed II) merebut Konstantinopel (Istanbul) dari kekuasaan Kekaisaran Byzantium pada 1453, dia tidak menghancurkan gereja itu tetapi mengubahnya menjadi masjid.
Akan tetapi, pemerintah Turki di bawah kepemimpinan mendiang Presiden Mustafa Kemal yang beraliran nasionalis sekuler memutuskan menjadikan Hagia Sophia sebagai museum.
Upaya Turki untuk kembali memfungsikan Hagia Sophia menjadi masjid sebenarnya sudah dilakukan sejak 2005. Dua tahun lalu Mahkamah Konstitusional Turki sempat menolak usulan tersebut.
Kegiatan keagamaan, seperti salat berjamaah atau membaca Alquran yang dilakukan di tempat itu kerap membuat umat Islam dan Kristen berselisih. Sedangkan kalangan sekuler menyatakan Hagia Sophia boleh didatangi seluruh umat beragama. Baik untuk sekedar berdoa atau menikmati keindahan bangunannya.
Perubahan fungsi Hagia Sophia bernada politis Erdogan mengatakan warga bisa melakukan ibadah di Hagia Sophia mulai 24 Juli mendatang. Meski begitu, Erdogan memastikan Hagia Sophia tetap terbuka untuk umum.
(afp/evn)