Sejumlah peristiwa terjadi di berbagai belahan dunia pada Selasa (14/7). Mulai dari Yunani ancam ubah rumah Ataturk jadi museum genosida, balasan keputusan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memfungsikan kembali Hagia Sophia sebagai masjid hingga China marah Amerika Serikat menolak klaimnya di Laut China Selatan.
1. Balas Turki, Yunani Ancam Ubah Rumah Ataturk Museum Genosida
Yunani merespons keputusan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memfungsikan kembali Hagia Sophia sebagai masjid dengan mengancam mengubah rumah Mustafa Kemal Ataturk di Thessaloniki menjadi museum genosida.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi masyarakat Turki, Mustafa Kemal Ataturk adalah tokoh besar yang telah membebaskan mereka dari belenggu penjajahan. Dia merupakan Bapak Bangsa Turki.
Menteri Pembangunan Pedesaan Yunani Makis Voridis dalam wawancara dengan MEGA menyebut keputusan Erdogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid sebagai hal mengerikan.
2. China Sesali RI Tangkap Kapal Ikan yang Diduga Aniaya ABK WNI
China menyatakan penyesalan atas penangkapan dua kapal ikan asal Tiongkok oleh aparat Indonesia di perbatasan perairan RI-Singapura pada Kamis (9/7) lalu.
Kapal ikan Lu Huang Yuan Yu 117 dan 118 berbendera China ditangkap oleh aparat gabungan RI.
"Kami mengetahui peristiwa itu (soal penahanan kapal ikan oleh Indonesia). Kami menyatakan keprihatinan atas penangkapan kapal ikan China yang tengah berlayar secara normal di rute perdagangan internasional oleh pihak berwenang Indonesia tanpa pemberitahuan sebelumnya," kata juru bicara Kementerian China Zhao Lijian dalam jumpa pers di Beijing pada Jumat (10/7).
3. AS Tolak Klaim China di Laut China Selatan, Tiongkok Panas
China menegaskan bahwa penolakan Amerika Serikat terhadap klaim Beijing di Laut China Selatan berpotensi memicu ketegangan di wilayah tersebut.
Hal itu diungkapkan oleh Kedutaan besar China di AS pada Selasa pagi dengan perlawanan.
China menganggap pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri AS menentang upaya China dan negara-negara ASEAN untuk menjaga stabilitas dan perdamaian Laut Cina Selatan.
Menurut kedutaan China, AS secara sembrono memutarbalikkan fakta objektif di Laut Cina Selatan dan Konvensi PBB tentang Hukum Laut UNCLOS
(dea)