Badan PBB untuk kemanusiaan, OCHA, melansir telah terjadi pembunuhan dengan korban lebih dari 60 orang di Darfur, Sudan.
Pembantaian itu dilakukan sekitar 500 orang bersenjata yang menargetkan anggota komunittas lokal, Masalit, di kota Masteri. Rumah hingga pasar lokal dijarah dan dibakar kelomopk tersebut.
"Ini adalah salah satu rangkaian insiden keamanan yang dilaporkan selama pekan lalu, bahwa beberapa desa dan rumah dibakar, pasar dan toko-toko dijarah, dan infrastruktur dirusak," Demikian pernyataan resmi OCHA yang dikeluarkan kantor mereka di Khartoum, ibu kota Sudan, Minggu (26/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait aksi penyerbuan yang terjadi Sabtu lalu di Masteri tersebut, sekitar 500 warga lokal melakukan unjuk rasa meminta perlindungan lebih dari pemerintah. Alhasil, Perdana Menteri Abdalla Hamdok meresponsnya dengan menyatakan bakal mengirim tambahan pasukan keamanan ke Darfur.
"Pasukan keamanan gabungan akan ditempatkan di lima wilayah di kawasan Darfur untuk melindungi warga selama musim bertani," demikian pernyataan resmi kantor perdana menteri Sudan usai Hamdok menerima delegasi dari wilayah tersebut.
Pasukan keamanan gabungan itu terdiri atas polisi dan tentara.
Saksi dan seorang kepala suku di Darfur mengatakan kepada AFP, pembantaian di wilayah itu sendiri terjadi ketika kelompok bersenjata mendatangi desa dan membunuh 20 warga sipil pada Jumat lalu. Dan itu berlangsung kembali keesokan harinya.
Kekerasan itu, kata mereka, adalah untuk kali pertama kelompok bersenjata melakukan aksi tersebut setelah bertahun-tahun lamanya.