Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan sempat berbagi platform dalam pertemuan langka yang mempertemukan kedua belah pihak di Konferensi Keamanan Munich pada Februari lalu.
Keduanya diminta untuk memberikan gambaran sejarah Nagorno-Karabakh. Tapi itu tidak berakhir dengan baik.
"Untuk berbicara tentang bagaimana menyelesaikan konflik, pertama-tama kita perlu kembali dan melihat masalah sejarah," kata Aliyev dengan alasan "kebenaran sejarah" menunjukkan Karabakh adalah bagian dari Azerbaijan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi Pashinyan menegaskan wilayah itu hanya menjadi bagian dari Azerbaijan karena keputusan yang diambil pada tahun-tahun awal Uni Soviet.
"Saya akan meminta Presiden Aliyev untuk tidak pergi terlalu jauh ke dalam sejarah," balas Pashinyan seperti dikutip dari AFP.
Perdebatan tersebut menunjukkan hal yang gamblang tentang betapa perbedaan pandangan sejarah dapat menghalangi pencarian solusi dalam konflik paling sulit yang ditinggalkan pasca keruntuhan Uni Soviet.
Dua pekan setelah pertempuran sengit di Karabakh, para analis mengatakan beban sejarah mencegah Armenia dan Azerbaijan mencapai kesepakatan jangka panjang. Pertempuran hanya dihentikan oleh gencatan senjata yang berumur pendek.
Bagi Azerbaijan, Karabakh merupakan bagian wilayah mereka dan diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Wilayah itu memiliki catatan pemukiman Muslim dari Persia dan Seljuk Turki selama berabad-abad.
Tapi Armenia berpendapat bahwa Karabakh hanya berakhir di Azerbaijan sebagai wilayah Oblast Otonomi Nagorno-Karabakh (NKAO) karena suatu keinginan.
Dalam diskusi mereka di Munich, Pashinyan mengatakan keputusan untuk memasukkan wilayah di Azerbaijan pada awal 1920-an adalah karena "inisiatif pribadi" Joseph Stalin, Komisaris Soviet untuk kebangsaan. Pertanyaan itu jelas dibantah keras oleh Aliyev.
Orang Armenia merupakan mayoritas penduduk di Nagorno-Karabakh. Pihaknya berulang kali mendesak untuk mengambil kendali NKAO dalam gerakan yang ditentang oleh Moskow.
![]() Infografis Perbandingan Militer Armenia-Azerbaijan |
Tapi ketika Uni Soviet mulai hancur, sebuah republik yang memisahkan diri telah diumumkan dan perang pun pecah.
Bangsa Armenia muncul sebagai pemenang dengan kesepakatan akhir gencatan senjata. Imbasnya, ratusan ribu orang Azerbaijan harus mengungsi dari Karabakh.
Saat ini, hampir seluruh penduduk Karabakh merupakan orang Armenia. Tapi Nagorno-Karabakh tidak pernah mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari negara lain, termasuk Armenia sendiri.
"Posisi Armenia dan Azerbaijan begitu mengakar sehingga komunitas internasional memiliki sedikit pengaruh praktis atas mereka," kata Nicu Popescu, Direktur Program Eropa yang lebih luas di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri.
Dia mengatakan skenario yang paling mungkin bukanlah mengakhiri siklus konflik atau kemenangan militer secara langsung, tapi lebih banyak perang di masa depan untuk "mengiris daging (salami-slicing)" wilayah.
Baik Armenia maupun Azerbaijan juga menyebarkan pandangan sejarah yang selektif, dengan fokus pada kekejaman yang dilakukan pihak lain sambil mengabaikan kekejaman mereka sendiri.
(ans/evn)