Pelaku Serangan di Prancis Warga Tunisia, Baru Tiba di Eropa

CNN Indonesia
Kamis, 29 Okt 2020 23:29 WIB
Pelaku penyerangan di gereja itu sempat dikarantina dan diperintahkan keluar dari wilayah Italia sebelum tiba di Prancis.
Pelaku penyerangan di gereja di Nice, Prancis yang menyebabkan tiga orang tewas diduga kuat warga keturunan Tunisa yang baru tiba di Prancis awal Oktober lalu (AFP/VALERY HACHE)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pelaku penyerangan yang menyebabkan tiga orang tewas di sekitar Gereja Notredame Basilica, Nice, Prancis diduga kuat merupakan warga keturunan Tunisia.

Mengutip AFP, pelaku penyerangan itu teridentifikasi bernama Brahim Aouissaoui. Pria berusia 21 tahun itu baru beberapa pekan tiba di Prancis.

AFP melaporkan pelaku tiba di Eropa pertama kali di Pulau Lampedusa, Italia. Dia sempat dikarantina oleh otoritas setempat. Karantina dilakukan berkenaan dengan pandemi virus corona.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Usai dikarantina, pelaku diperintahkan untuk keluar dari wilayah Italia. Dia lalu tiba di Prancis pada awal Oktober hingga kemudian penyerangan terjadi.

Sebelumnya terjadi penyerangan di sekitar gereja Notredame Basilica yang berlokasi di Nice, Prancis. Tiga orang tewas. Satu diantaranya dipenggal oleh pelaku. 

Penyerangan itu terjadi di tengah polemik ucapan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang tak melarang Charlie Hebdo menerbitkan komik atau kartun Nabi Muhammad.

Sikap Macron tersebut menuai kritik dari sejumlah pimpinan negara, terutama negara Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Wali Kota Nice, Christian Estrosi menyebut serangan ini sebagai 'serangan fasis Islam'.

"Pelaku terus mengulang "Allahu Akbar' bahkan saat diobati karena terluka akibat penangkapan," kata Estrosi kepada wartawan di lokasi kejadian, seperti dikutip AFP.

Sebelum kejadian itu, terjadi pula pembunuhan terhadap seorang guru bernama Samuel Paty (47). Dia dipenggal di daerah Eragny oleh seorang pemuda pendatang dari Chechnya, Abdoullakh Abouyezidovitch (18) pada 17 Oktober lalu.

Pembunuhan itu tak lepas dari sikap Samuel Paty yang membicarakan kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan Charlie Hebdo. Presiden Prancis Emmanuel Macron sendiri tidak melarang penerbitan kartun tersebut hingga mendapat kritik dari sejumlah negara Islam.

(afp/bmw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER