Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash membela Presiden Prancis Emmanuel Macron atas pernyataannya tentang Muslim yang menuai kecaman.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar harian Jerman, Welt, Gargash menolak klaim bahwa Macron menyampaikan niat untuk mengecualikan Muslim.
"Kita harus mendengarkan apa yang benar-benar dikatakan Macron dalam pidatonya, dia tidak menginginkan isolasi Muslim di Barat dan dia benar sekali," kata Gargash pada Senin (2/11) seperti dikutip dari Middle East Eye.
Gargash mengatakan bahwa Muslim harus berintegrasi dengan lebih baik dan Prancis memiliki hak untuk mencari cara mencapai hal ini guna memerangi radikalisme dan pengurungan komunitas.
Dia mengklaim, kontroversi ucapan Macron muncul pertama kali dari hasil manuver politik Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
"Begitu Erdogan melihat celah atau kelemahan, dia menggunakannya untuk meningkatkan pengaruhnya. Hanya ketika dia ditunjukkan garis merah, dia menunjukkan dirinya siap bernegosiasi," ujarnya.
Erdogan telah mengkritik tajam Macron dan meminta Turki tidak membeli produk buatan Prancis. Dia juga mengatakan Macron memiliki masalah dengan Muslim dan membutuhkan pemeriksaan mental. Teguran ini menyebabkan Prancis menarik duta besarnya dari Ankara.
Sementara itu, Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed juga menyuarakan dukungan untuk Prancis melalui panggilan telepon dengan Macron pada Minggu. Dia mengutuk serangan di Prancis yang menurutnya bertentangan dengan ajaran dan prinsip Islam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Masjid di Prancis Diteror Kepala Babi |
"(Nabi Muhammad) mewakili kesucian yang besar di antara umat Islam, tapi menghubungkan masalah ini dengan kekerasan dan mempolitisasi hal itu tidak dapat diterima," kata Bin Zayed.
Dia juga mengungkapkan apresiasinya atas "Keragaman budaya di Prancis dan merangkul warga Muslimnya yang hidup di bawah payung hukum, keadaan lembaga yang mengabdi pada keyakinan dan budaya mereka, serta menjalankan hak mereka dalam konteks ini".
Macron mendapat kecaman keras dari negara-negara mayoritas Muslim karena membela penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad dengan alasan kebebasan berbicara.
Macron membuat pernyataan itu saat memberikan penghormatan kepada seorang guru di Prancis, Samuel Paty yang dibunuh oleh seorang militan pada 16 Oktober lalu karena membahas karikatur Nabi kepada murid-muridnya.