Pemerintah Iran menyambut baik perjanjian gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan, tetapi mendesak supaya seluruh gerilyawan asing segera ditarik dari kawasan sengketa Nagorno-Karabakh.
Seperti dilansir Al Monitor, Jumat (13/11), Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan mereka berharap kesepakatan itu akan membawa perdamaian jangka panjang di wilayah Kaukasus.
"Tarik seluruh pasukan takfiri dan gerilyawan asing dari kawasan itu," demikian isi pernyataan Kemenlu Iran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang dimaksud Kemenlu Iran dengan pasukan takfiri merujuk kepada gerilyawan Sunni.
"Hormati kedaulatan dan integritas wilayah, dan jangan mengubah garis batas internasional, membebaskan wilayah yang diduduki, memulangkan para pengungsi, dan hormati keamanan dan hak-hak warga minoritas," lanjut isi pernyataan itu.
Presiden Iran, Hassan Rouhani, pada Oktober lalu pernah memperingatkan mereka tidak akan tinggal diam jika ada gerilyawan asing yang berada di kawasan perbatasan Azerbaijan.
Hal itu dia sampaikan setelah Rusia dan Prancis menyatakan Turki mengirim gerilyawan yang bertempur di Suriah untuk membantu Azerbaijan. Sebab Azerbaijan adalah sekutu Turki.
Alhasil, Iran juga menyiagakan pasukan di sepanjang perbatasan Armenia dan Azerbaijan untuk mencegah konflik itu meluber ke wilayah tetangga.
Peperangan antara Armenia dan Azerbaijan memperebutkan Nagorno-Karabakh sudah terjadi selama beberapa dasawarsa. Namun, konflik semakin sengit sejak akhir September 2020 lalu.
Sampai saat ini tercatat ada 1.400 orang meninggal dalam peperangan yang berlangsung hampir delapan pekan, termasuk warga sipil. Namun, beberapa pihak menduga jumlah korban sebenarnya bisa jauh lebih tinggi.
Rusia juga akan mengirimkan ribuan pasukan ke perbatasan Nagorno-Karabakh sebagai penjaga perdamaian. Tugas yang mereka emban akan diperbarui setiap lima tahun.
(al monitor/ayp)