Amerika Serikat mempunyai duta besar pertamanya untuk Venezuela dalam satu dekade terakhir, di tengah ketegangan yang terjadi antara kedua negara. Senat AS pada Rabu (18/11) menyatakan James Story sebagai duta besar AS untuk Venezuela.
Story akan bekerja dari ibu kota negara tetangga Kolombia, karena hingga kini Venezuela masih dilanda krisis ekonomi dan politik.
Pria asal Carolina Selatan itu diharapkan memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan AS tentang Venezuela selama masa transisi ke tangan presiden terpilih Joe Biden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Story, seorang diplomat yang sempat menjabat sebagai kuasa hukum kedutaan dan menjadi salah satu nama yang dinominasikan oleh Trump. Kariernya sebagai diplomat telah membawanya ke Meksiko, Brasil, Mozambik, dan Afghanistan.
Mengutip Associated Press, hubungan diplomatik AS dan Venezuela memiliki sejarah kelam dan panjang, termasuk ketika pemerintahan Presiden Donald Trump memenangkan dakwaan terhadap Nicolas Maduro yang menjadi tersangka peredaran narkoba.
Kemenangan Biden juga memicu perdebatan di antara para pendukung garis keras Trump untuk mengisolasi Maduro dan orang yang sejak lama menuntut adanya perubahan di Venezuela.
Para kritikus mengatakan sanksi berat yang dijatuhkan AS telah gagal menggulingkan Maduro dari kursi kekuasaan. Faktanya justru kebalikan, sanksi yang dijatuhkan menjadi jalan bagi Venezuela membuka kerja sama dengan rival AS seperti Rusia, China, dan Iran.
Sejak 2010 AS dan Venezuela masing-masing tidak memiliki perwakilan diplomatik resmi. Kerenggangan antara kedua negara pertama kali pecah di era kepemimpinan Hugo Chavez.
Namun pemutusan hubungan diplomatik antar kedua negara baru terjadi tahun lalu. Masing-masing menarik diplomatnya tak lama setelah Washington menyatakan dukungan terhadap pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, sebagai pemimpin sah.
Dalam diskusi daring, Story tidak segan-segan menyebut Maduro dan pemerintahannya sebagai pemerintahan otoriter yang tumbuh dengan menerapkan praktik korup karena menghancurkan sektor minyak yang pernah menjadi tulang punggung devisa negara.
"Lihat, ini bukan demokrasi sejati. Ya, mereka menipu kalian semua," kata Story seraya mencela pejabat tinggi Venezuela lainnya dalam diskusi daring awal 2020 lalu.
Maduro yang terpilih untuk masa jabatan kedua pada 2018 telah mendapat penolakan dari pemerintahan Trump. Dalam pemungutan suara, Maduro juga mendapat penolakan dari oposisi dalam negeri karena dianggap melakukan kecurangan.
Sejak saat itu AS menjatuhkan sanksi berat kepada Maduro, orang-orang terdekatnya, dan perusahaan minyak yang dikelola negara, hingga berusaha mengisolasi ruang gerak mereka.
Pemerintahan Trump bahkan sempat menawarkan hadiah sebesar US$15 juta bagi siapa saja yang bisa menangkap Maduro setelah pengadilan AS mendakwanya atas tuduhan narkoba.
(evn)