Militer India mengklarifikasi bahwa pemberitaan atas tentara mereka yang terkena serangan senjata laser China tidaklah benar.
Melalui cuitan di Twitter, akun tentara India telah menyematkan label "berita palsu" terhadap pemberitaan dari surat kabar harian Inggris, The Times dan media Australia, The Australian.
Dua media itu memuat berita bahwa seorang profesor hubungan internasional di Renmin University di Beijing, Jin Canrong, mengklaim tentara China telah menggunakan "senjata gelombang mikro" untuk mengusir tentara India dari Ladakh Timur.
Klaim itu disampaikan Jin kepada para siswa dalam sebuah aktivitas perkuliahan.
"Artikel media tentang penggunaan senjata gelombang mikro di Ladakh Timur tidak berdasar. Beritanya PALSU," cuit militer India, Selasa (17/11).
Jin mengklaim bahwa China menggunakan jenis senjata tersebut pada 29 Agustus untuk merebut kembali tanah yang diduduki militer India di tepi selatan danau Pangong Tso di Ladakh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jin mengatakan pasukan India dipaksa mundur, yang memungkinkan posisi direbut kembali tanpa baku tembak konvensional. Dia pun memuji Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) karena merebut wilayah "dengan indah" tanpa melanggar aturan pemakaian senjata.
"Kita tidak mempublikasikannya karena kita menyelesaikan masalah dengan baik. Mereka (India) juga tidak mempublikasikannya karena mereka kalah telak," kata Jin seperti dikutip dari The Australian, Selasa (17/11).
"Dalam 15 menit, mereka (tentara India) yang menduduki puncak bukit semuanya mulai muntah. Mereka tidak bisa berdiri, jadi mereka lari. Begitulah cara kita merebut kembali wilayah," tambahnya.
Dilansir Indian Express, baik The Times maupun The Australian bernaung di bawah perusahaan yang sama milik Rupert Murdoch, News Corp.
Selama enam bulan terakhir, India dan China terjebak perselisihan yang menegangkan di Garis Kontrol Aktual (LAC) di Ladakh.
Tentara dari kedua negara terlibat bentrok pada 15 Juni lalu di Lembah Galwan dan menewaskan 20 tentara India, sementara tidak diketahui jumlah korban dari pihak China.
(ans/dea)