Pihak berwenang Arab Saudi memindahkan persidangan aktivis perempuan, Loujain al-Hathloul, ke pengadilan anti-terorisme.
Perempuan 31 tahun itu ditangkap aparat Saudi pada 2018 bersama sekitar belasan aktivis perempuan lainnya akibat gerakan memprotes larangan mengemudi bagi kaum hawa.
Penangkapan mereka berlangsung hanya beberapa pekan sebelum Saudi mencabut larangan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini, persidangan Hathloul berlangsung di Pengadilan Pidana Riyadh dengan sesi tertutup. Namun, pada Kamis (26/11), hakim mengatakan bahwa pengadilan tersebut tidak memiliki yurisdiksi dan menyerahkan kasus Hathloul ke Pengadilan Kriminal Khusus (SCC) atau pengadilan anti-terorisme Saudi.
Keluarga mengatakan kondisi Hathloul tampak lemah saat persidangan kemarin lantaran tengah melakukan mogok makan selama dua pekan terakhir dari penjara.
"Bagaimana mungkin hakim menyadari pengadilannya tidak memiliki yurisdiksi setelah menangani kasus ini selama 1 tahun 8 bulan?," kata saudara perempuan Hathloul, Lina, melalui kicauannya di Twitter.
"Tidak ada yang bisa dibodohi lagi. Ini adalah definisi Mohammed bin Salman (Putra Mahkota Saudi) tentang pengadilan yang adil dan independen," ujarnya menambahkan.
Dilansir AFP, belum ada komentar langsung dari pemerintah Saudi terkait perpindahan persidangan Hathloul.
Pemerintahan Raja Salman berkeras memproses kasus Hathloul meski tekanan dunia internasional memaksa Saudi membebaskan perempuan itu.
Dalam sebuah laporan awal tahun ini, kelompok pemerhati HAM, Amnesty International, mengatakan pengadilan khusus Saudi itu kerap digunakan untuk membungkam suara-suara pengkritik kerajaan dengan kedok memerangi terorisme.
"Pemerintah Saudi bisa saja memutuskan mengakhiri mimpi buruk dua tahun pembela HAM Loujain al-Hathloul yang pemberani ini. Tapi, sebaliknya, Saudi malah memindahkan kasusnya ke sebuah institusi yang biasa membungkam perbedaan pendapat dan terkenal karena menjatuhkan hukuman yang lama," kata aktivis Amnesty International, Lyn Maalouf.
(rds/evn)