Ratusan Pejabat Hadiri Pemakaman Jenazah Ilmuwan Nuklir Iran

CNN Indonesia
Senin, 30 Nov 2020 16:55 WIB
Ratusan pejabat mengenakan masker dan menjaga jarak saat menghadiri prosesi pemakaman ilmuwan nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh pada Senin (30/11).
Prosesi pemakaman ilmuwan Iran Mohsen Fakhrizadeh. (Foto: Iranian Defense Ministry via AP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Upacara pemakaman ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh diadakan pada Senin (30/11). Sebelum dimakamkan, upacara penghormatan terhadap jasad Mohsen digelar di luar area Kementerian Pertahanan di Teheran.

Ratusan pejabat Iran termasuk Kepala Pengawal Revolusi Jenderal Hossein Salami, Pemimpin Pasukan Quds Jenderal Esmail Ghaani, Kepala Program Nuklir Sipil Ali Akbar Sahei, dan Menteri Intelijen Mamoud Alavi hadir memberikan penghormatan terakhir.

Mereka duduk terpisah satu sama lain sambil mengenakan masker ketika ayat-ayat suci Alquran dilantunkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri Pertahanan Jenderal Amir Hatami sempat memberikan pidato setelah mencium peti mati Mohsen. Dia mengatakan pembunuhan ilmuwan itu akan membuat Iran "lebih bersatu, lebih bertekad".

"Untuk kelanjutan jalan Anda, kami akan melanjutkan dengan lebih cepat dan lebih banyak kekuatan," kata Hatami dalam pidatonya yang disiarkan langsung oleh televisi pemerintah.

Dia juga mengkritik negara-negara yang tidak mengutuk pembunuhan Mohsen.

"Ini akan menyusulmu suatu hari nanti," ujarnya seperti mengutip Associated Press.

Selain itu, Hatami juga menyebut bahwa gudang senjata nuklir Amerika Serikat dan tumpukan bom atom yang sejak lama dicurigai dimiliki Israel sebagai "ancaman paling berbahaya terhadap kemanusiaan".

Menanggapi insiden pembunuhan Mohsen, parlemen Iran telah memulai peninjauan Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk menghentikan inspeksi Badan Energi Atom Internasional. RUU itu juga akan mengharuskan program atom sipil Iran untuk menghasilkan setidaknya 120 kilogram uranium yang diperkaya hingga 20 persen.

Parlemen 290 kursi Iran didominasi oleh kelompok garis keras yang kemungkinan besar akan mendukung RUU tersebut. pada akhirnya, RUU itu harus disetujui oleh Dewan Penjaga Iran. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei juga memegang keputusan akhir mengenai semua masalah kenegaraan.

Sehari sebelumnya Uni Emirat Arab (UEA) mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pembunuhan keji yang menewaskan Mohsen. UEA memperingatkan bahwa pembunuhan itu "dapat memicu konflik lebih lanjut di wilayah tersebut".

Laporan terbaru yang dirilis kantor berita semi-resmi, Fars mengungkapkan jika Mohsen tewas setelah ditembak menggunakan senapan mesin yang dikendalikan dari jarak jauh dari sebuah mobil.

Namun terdapat laporan yang bertentangan dari kantor berita Iran tentang bagaimana serangan itu terjadi.

Satu laporan yang diterbitkan oleh Fars News seperti mengutip CNN melaporkan, Mohsen dan istrinya sedang bepergian pada Jumat (27/11) menggunakan mobil antipeluru diiringi tiga kendaraan personel keamanan.

Ketika Mohsen mendengar suara peluru mengenai kendaraan, dia keluar dari mobil untuk mengecek apa yang sedang terjadi. Saat dia keluar dari mobil, senapan mesin yang dikendalikan dari jarak jauh melepaskan tembakan dari mobil yang berhenti sekitar 150 meter dari mobil yang ditumpangi Mohsen.

Mohsen dikabarkan ditembak setidaknya tiga kali dan pengawalnya juga ikut tertembak. Setelah itu, mobil yang ditumpanginya pun meledak. Fars News juga melaporkan bahwa serangan itu berlangsung dalam waktu singkat yakni selama tiga menit.

Mohsen merupakan kepala pusat penelitian teknologi baru di Garda Revolusi elite dan tokoh terkemuka dalam program nuklir Iran.

Kendai tanpa memiliki bukti kuat, sejauh ini Iran menuding Israel sebagai dalang di balik serangan yang mematikan Mohsen. Kecurigaan itu mengacu pada ucapan PM Benjamin Netanyahu pada 2018 yang menyebut nama Mohsen terkai proyek Amad, pengembangan senjata nuklir rahasia.

"Ingat nama itu, Fakhrizadeh," kata Netanyahu kepada jurnalis kala itu.

(ans/evn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER