Otoritas Mesir menangkap serta menahan seorang fotografer dan modelnya karena melakukan pemotretan yang dinilai "provokatif dan ofensif" yang dilakukan tanpa izin pada Senin (30/11). Namun keduanya kemudian dibebaskan sehari berikutnya pada Selasa (1/12).
Rangkaian foto yang diambil oleh fotografer Houssam Mohammad menunjukkan model Salma al-Shimi mengenakan aksesoris khas Fir'aun dan gaun di atas lutut di situs pekuburan Saqqara, 30 kilometer selatan Kairo.
Sebuah sumber pengadilan mengatakan mereka dituduh "mengambil foto tanpa izin di situs arkeologi Saqqara" sehingga ditangkap dan sempat dijebloskan ke penjara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keduanya kemudian bebas dengan jaminan masing-masing 500 pound Mesir atau sekitar RP453 ribu sambil menunggu hasil penyelidikan.
Lembaga publikasi milik negara, Akhbar el-Youm, melaporkan pada Selasa bahwa Shimi muncul di hadapan jaksa penuntut umum dan menyatakan keberatan atas semua tuduhan yang dijatuhkan terhadapnya. Alih-alih menyinggung Mesir, dia beralasan pemotretan tersebut dilakukan untuk mempromosikan pariwisata.
Shimi mengaku tidak tahu bahwa pemotretan di situs Arkeologi tanpa izin di sama tidak diizinkan oleh otoritas setempat.
Selain itu, pakaian Shimi juga memicu banyak reaksi di media sosial. Beberapa netizen menganggap foto-foto tersebut tidak menghormati situs kuno tempat dilakukan pemotretan.
Dalam wawancara dengan Youm7 TV, sebelum penangkapannya, Mohammad mengklaim bahwa Shimi mengenakan Abaya atau jubah longgar saat memasuki lokasi, sesuai yang diminta oleh staf di situs tersebut. Shimi baru berganti pakaian saat mereka tiba di titik lokasi pemotretan.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa enam staf tersebut juga datang untuk menonton pemotretan yang hanya berlangsung selama 15 menit, tanpa meminta mereka berhenti.
Mengutip Middle East Eye, Mohammad juga mengungkapkan keterkejutannya atas kegaduhan di media sosialsetelah pemotretan terjadi. Dia mengatakan bahwa "jika seorang gadis kurus menggantikan Salma, masalahnya akan sangat normal".
Menyusul penangkapan Mohammad dan kemunculan Shimi di pengadilan, tanggapan netizen pun mulai bergeser, seiring dengan realita kurangnya kebebasan berekspresi di Mesir.
Beberapa orang mengaitkan kasus ini dengan kampanye Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) "16 Hari Aktivisme Melawan Kekerasan Berbasis Gender" yang dimulai pada 25 November.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Dewan Purbakala Tertinggi Mesir Mostafa Waziri mengatakan bahwa siapa pun yang "tidak menghormati" barang antik dan peradaban Mesir akan dihukum.
Saqqara merupakan situs kuburan kuno dan objek wisata di Mesir yang berisi banyak piramida, termasuk Piramida Langkah Djoser (Step Pyramid of Djoser). Dalam beberapa bulan terakhir, Saqqara menjadi topik berita karena banyak artefak ditemukan di daerah tersebut.
Kasus penangkapan itu terjadi di tengah tindakan keras pemerintah Mesir terhadap perempuan pengguna media sosial yang kontennya dianggap tidak pantas.
Tahun ini, setidaknya lima perempuan telah dijatuhi hukuman penjara dua tahun oleh pengadilan dan masing-masing didenda 300 ribu pound Mesir karena membuat unggahan di TikTok yang dianggap melanggar moral publik.
(ans/evn)