Pengamat politik Rusia Valery Solovey yang dikenal menyebut Presiden Vladimir Putin mengidap parkinson dan kanker ditangkap di St. Petersburg, Minggu (6/12).
Solovey ditangkap karena melanggar pembatasan Covid-19 saat menggelar unjuk rasa.
Surat kabar lokal Fontanka melaporkan bahwa pakar politik itu ditahan karena melanggar undang-undang pencegahan virus corona yakni penggunaan masker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dikutip dari Russia Today, dia ditangkap dalam unjuk rasa untuk gerakan oposisi 'Peremen'. Menurut laporan, pengunjuk rasa melemparkan bom molotov dan menyebarkan selebaran dalam acara itu.
Solovey ditahan dan dibawa ke kantor polisi terdekat.
Kepada surat kabar Novaya Gazeta, dari balik jeruji besi pengamat veteran itu mengaku hanya berjalan melewati kerumunan tersebut. Kata dia, para aktivis mendekatinya untuk mengajukan pertanyaan.
Solovey dikenal karena seringkali mengeluarkan klaim tentang Vladimir Putin.
Bagi media Barat, dia adalah jendela ke dunia rahasia Kremlin. Bagi banyak orang Rusia, dia adalah pakar konspirasi yang terkenal kejam.
Pada awal 2016 dia menyebut Putin akan segera mundur dengan alasan kesehatan. Akan tetapi prediksi itu tidak terjadi.
Namun, dia tetap mengeluarkan sejumlah klaim. Baru-baru ini dia memicu spekulasi di mana sejumlah media Barat termasuk Daily Mail dan New York Post melaporkan Putin mengidap parkinson. Putin juga disebut menjalani operasi rahasia untuk penyakit kanker.
Solovey pernah mengatakan bahwa dia adalah anggota organisasi internasional bayangan, lebih kuat daripada pemerintah nasional.
Dalam wawancara dengan jurnalis Ukraina, dia menyebut kelompok itu lebih kuat dari badan intelijen Rusia.
Tetapi menurut dia kelompok itu bukan organisasi okultisme, dan tidak ada hubungannya dengan Templar dan Freemason.
(dea)