Australia Tak Mau Terburu-buru Pakai Vaksin Pfizer

CNN Indonesia
Senin, 14 Des 2020 09:50 WIB
PM Australia Scott Morrison mengatakan jika pihaknya tidak mau terburu-buru memberikan izin darurat penggunaan vaksin corona buatan Pfizer.
PM Australia Scott Morrison. (Foto: Nicholas Kamm / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan bahwa pemerintah Australia tidak mau terburu-buru memberikan izin darurat penggunaan vaksin corona buatan Pfizer dan BioNTech.

Pernyataan Morrison muncul ketika peneliti Australia mengatakan jika vaksin corona yang mereka menghentikan sementara pengembangan vaksin sendiri yang memicu reaksi positif palsu pada tes HIV.

Morrison menyatakan jika Australia saat ini berada dalam kondisi yang berbeda dengan Inggris, yang sudah lebih dulu memberikan izin darurat penggunaan vaksin buatan Pfizer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami ingin memastikan bahwa warga Australia dan saya pikir kita semua merasa sangat kuat seperti ini-memiliki keyakinan penuh mutlak bahwa ketika berhasil, mereka bisa mendapatkan suntikan [vaksin]," kata Morrison pada Jumat (11/12).

"Mereka dapat membuat keputusan itu untuk diri mereka sendiri dan untuk keluarga mereka dengan percaya diri," ucapnya menambahkan.

Australia saat ini mencatat masih memiliki 47 kasus aktif corona, sekitar 36 diantaranya masih dirawat di rumah sakit. Kematian akibat Covid-19 di Australia sejauh ini mencapai 908 jiwa.

Mengutip Associated Press, kendati belum memberikan izin penggunaan vaksin Pfizer, Morrison mengatakan jika Australia masih mengamati penggunaannya di Inggris dan Amerika Serikat. Ia mengatakan akan belajar dari pengalaman kedua negara, terutama melalui perjanjian berbagi data dengan London.

Pemerintah Negeri Kanguru berharap regulator menyetujui penggunaan vaksin corona dari Pfizer dan BioNTech pada akhir Januari nanti. Australia diharapkan mulai melakukan vaksinasi pada Maret 2021.

Australia sejauh ini telah menjalin kesepakatan pembelian 10 juta vaksin Pfizer. Rencananya Australia akan menambah pembelian vaksin untuk disuntikkan terhadap 26 juta orang.

Selain itu Australia juga telah memesan vaksin Oxford diproduksi oleh CSL lewat kemitraan dengan perusahaan biofarmasi multinasional Inggris-Swedia AstraZeneca.

Tim peneliti dari Universitas Queensland pada Jumat lalu menghentikan pengembangan potensial vaksin corona karena hasil positif palsu pada tes HIV sehingga telah merusak kepercayaan publik.

Seorang tim peneliti sebelumnya mengungkapkan rencana untuk memproduksi vaksin mandiri di kantor pusat perusahaan biofarmasi CSL di Melbourne. Dalam uji klinis pertama yang telah dilakukan terbukti aman dan menghasilkan 'respons yang kuat' terhadap Covid-19.

Namun tim peneliti dan pemerintah sepakat untuk tidak melanjutkan pengembangan lebih jauh karena hasil HIV palsu terkait kandungan protein dalam vaksin.

"Semua bukti menunjukkan itu akan menjadi vaksin yang efektif, tetapi kami tidak dapat mengambil risiko kepercayaan publik. Kami tidak bisa begitu saja," kata Sekretaris Kementerian Kesehatan Brendan Murphy kepada media.

Tim peneliti bersama pemerintah Australia sebelumnya telah sepakat untuk menyediakan 51 juta dosis vaksin yang akan tersedia untuk warga mulai pertengahan 2021.

Vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Queensland merupakan salah satu dari lima kandidat vaksin potensial buatan dalam negeri. Sejauh ini pemerintah telah menandatangani kontrak pengembangan vaksin senilai 3,3 miliar dolar Australia.

(associated press/evn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER