Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membantah penyelidikan media baru-baru ini yang menuduh Dinas Keamanan Federal (FSB) negara terlibat dalam meracuni tokoh oposisi Alexey Navalny.
Lavrov bahkan menyebut proses penyelidikan yang dilakukan media sebagai sebuah lelucon.
"Semua berita ini lucu untuk dibaca. Tapi cara berita ini disajikan hanya mengatakan satu hal: mitra Barat kami tidak memiliki standar etika," kata Lavrov selama kunjungan ke ibu kota Kroasia, Zagreb.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Laporan media membuktikan) kurangnya keterampilan negara-negara Barat untuk pekerjaan diplomatik normal dan keengganan untuk mematuhi norma-norma hukum internasional dalam hal menetapkan fakta," tambahnya.
Dia menuturkan Rusia sudah terbiasa dengan tuduhan melalui media, mengacu pada laporan baru-baru ini yang menyebut pemerintah Amerika Serikat menjadi sasaran peretas yang memiliki hubungan dengan Rusia.
"Kami sudah terbiasa dengan fakta bahwa Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya hanya mengumumkan di media tuduhan-tuduhan terbaru tentang Rusia," tutur Lavrov.
Dilansir AFP, beberapa laboratorium Eropa pada September menyimpulkan bahwa Navalny (44) telah diracuni setelah ia jatuh sakit dalam penerbangan dari Siberia ke Moskow pada Agustus lalu. Ia kemudian dibawa dengan pesawat medis ke Berlin untuk mendapat perawatan.
Investigasi bersama yang diterbitkan awal pekan ini oleh beberapa media mengklaim bahwa ahli senjata kimia FSB telah mengikuti Navalny selama bertahun-tahun, termasuk di hari ketika ia diracun.
Situs investigasi Bellingcat bersama dengan CNN, situs Rusia The Insider, dan Der Spiegel dari Jerman pada Senin menerbitkan nama dan foto orang-orang yang diduga membuntuti Navalny.
Penyelidikan mereka menyimpulkan pria yang mereka identifikasi adalah spesialis dalam agen saraf dan racun, termasuk racun Novichok yang dirancang Soviet. Negera-negara Eropa mengatakan racun serupa digunakan untuk meracuni Navalny.
Laporan bersama tentang Navalny tidak menunjukkan adanya kontak langsung antara dirinya dengan agen yang disebutkan. Di sisi lain, Rusia dengan tegas kerap membantah keterlibatannya.
Sementara itu, Uni Eropa telah memberlakukan larangan masuk dan membekukan rekening bank enam orang yang diduga bertanggung jawab, termasuk kepala FSB Alexander Bortnikov.
(ans/evn)