Pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan jika tokoh oposisi Alexei Navalny mengalami masalah metabolisme dan gangguan pankreas. Pernyataan kali ini sekaligus menyanggah tuduhan banyak pihak soal Navalny diracun pada Agustus lalu.
Hal tersebut diungkapkan oleh tim dokter yang merawat Navalny di Rusia selama dua hari sebelum dia diterbangkan ke Berlin.
"(Navalny) gangguan metabolisme karbohidrat dan pankreatitis kronis," ucap Kementerian merujuk ucapan dokter Navalny dalam sebuah pernyataan dilansir dari AFP, Jumat (6/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diagnosis 'keracunan' ... belum dikonfirmasi," tambah sang pejabat.
Pejabat tersebut juga mengatakan tidak menemukan zat beracun pada pakaian Navalny dan benda-benda lain yang dikumpulkan di hotel tempatnya singgah atau kafe di bandara kota Tomsk, Siberia.
Navalny jatuh pingsan ditengah penerbangan dari Siberia ke Moskow pada Agustus lalu.
Setelah mendapat perawatan, Navalny sempat dipindahkan ke Jerman. Selama perawatan di sana, tim medis menemukan ada kandungan racun saraf Novichok.
Navalny telah mengklaim bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin bertanggung jawab secara pribadi atas keracunan yang ia derita.
Namun Rusia menolak dan membantah semua tuduhan bahwa mereka mungkin terlibat.
Pada Jumat (6/11), Kepala Badan Intelijen Luar Negeri (SVR) Rusia, Sergei Naryshkin mengklaim bahwa negara-negara NATO berencana menggunakan pemimpin oposisi Rusia sebagai "pengorbanan suci" untuk menegakkan suasana protes di negara itu.
Terkait pengakuan terbaru dari Kementerian Dalam Negeri hingga wacana menggunakannya sebagai "pengorbanan suci" dari SVR, Navalny mengatakan bahwa hal tersebut terkesan lucu.
"Tampaknya negara-negara NATO meyakinkan saya untuk memulai diet yang fatal," tulis Navalny di Twitter.
Atas tuduhan peracunan Navalny oleh Rusia, Uni Eropa sempat menjatuhkan sanksi kepada beberapa pejabat senior Moskow. UE menyatakan serangan dengan Novichok tidak dapat dilakukan tanpa keterlibatan dinas keamanan, kementerian pertahanan dan kantor Putin.
Di sisi lain, Kemenlu Rusia menuduh Jerman telah menggunakan 'dalih yang dibuat-buat' untuk menghindari kerja sama dalam penyelidikan indisen tersebut. Rusia juga meminta Jerman untuk menjauhkan diri dari politisasi artifisial lebih lanjut dari situasi tersebut.
(ndn/evn)