Cerita WNI di Jepang dan Langkanya Resto Halal Saat Pandemi

CNN Indonesia
Kamis, 14 Jan 2021 19:38 WIB
Seorang WNI di Jepang menceritakan kehidupan di tengah pandemi virus corona, terutama setelah pemerintah memberlakukan status darurat.
Ilustrasi pandemi virus corona di Jepang. (AP/Koji Sasahara)
Jakarta, CNN Indonesia --

Deretan rak-rak pada sebagian swalayan di Tokyo, Jepang, lagi-lagi banyak yang kosong melompong. Sementara itu, antrean panjang mengular di bagian kasir.

Hal tersebut diceritakan oleh seorang WNI di Tokyo, Faisal.

Faisal lagi-lagi harus cepat-cepat mengamankan barang kebutuhan yang masih tersisa di supermarket sebelum diambil oleh kostumer lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebab, warga Tokyo kembali menghadapi periode darurat virus corona atau emergency state yang kembali diterapkan Perdana Menteri Yoshihide Suga pada Kamis (7/1).

Sebagian besar warga Tokyo mendadak memborong segala macam kebutuhan dasar untuk mengantisipasi keadaan yang tidak pasti ini. Pemberlakuan status darurat ini dikeluarkan setelah kasus virus corona mencapai rekor baru di ibu kota Tokyo yakni sebanyak 2.400 kasus baru.

Faisal sudah pernah mengalami situasi darurat serupa ketika pandemi virus corona pertama kali menyerang Jepang sekitar awal 2020. Karena itu, emergency state kali ini tidak begitu membuat dirinya kalut.

Selain itu, ia juga mengatakan semua swalayan di Tokyo kali ini sudah menerapkan aturan maksimal pembelian bagi satu pembeli, sehingga kelangkaan barang kebutuhan bisa terhindari.

"Orang-orang jadi panik untuk belanja banyak sebelum emergency state, tissue toilet, masker, popok bayi banyak yang out of stock, tapi tidak separah dulu sih ketika emergency state pertama, karena tiap toko sudah membatasi maksimum pembelian," ujar Faisal saat bercerita kepada CNNIndonesia.com pada pekan lalu.

Salah satu tantangan yang menurut Faisal signifikan adalah mencari makanan halal. Sebelum pandemi, Faisal memaparkan cukup banyak kedai yang menjual makanan berlabel halal sehingga tak perlu setiap hari memasak.

Namun, sejak pandemi, banyak restoran halal khususnya di Tokyo yang berangsur tutup permanen karena minim pembeli. Selama ini, sebagian besar konsumen resto halal tersebut merupakan turis atau warga asing yang tinggal di Jepang.

Apalagi, kata Faisal, pemerintah Jepang telah memperluas state emergency ke tiga prefektur yakni Osaka, Kyoto, dan Hyogo untuk membendung penyebaran Covid-19.

Langkah itu menyusul tindakan serupa yang diterapkan di Tokyo beserta tiga kota lainnya yakni Kanagawa, Saitama, dan Chiba sejak Jumat (8/1) hingga 7 Februari mendatang.

"Yang sedih selama pandemi ini juga, resto halal di Tokyo banyak yang tutup permanen karena tidak ada pembeli sementara harus tetap membayar sewa tempat yang mahal," ujar Faisal yang merupakan seorang data scientist

Faisal pun mengakali kelangkaan restoran halal dengan lebih rajin memasak makanan sendiri. Ia menghindari untuk mencari makanan di luar sebab makanan-makanan itu belum bisa dipastikan proses pembuatannya sudah sesuai ketentuan halal atau belum.

Selain itu, pria yang telah enam tahun tinggal di Tokyo itu juga mengatakan masih banyak pemuda Jepang yang ramai-ramai makan di restoran tanpa menerapkan protokol kesehatan secara patuh.

"Mereka masih suka makan malam bersama di luar gitu, karena mungkin kalo masih muda kemungkinan sembuhnya masih tinggi ya anggapannya, jadi saya ngeri," ujar Faisal.

Dengan status darurat ini, pemerintah meminta penduduk di daerah-daerah tersebut agar tinggal di rumah, sementara bar dan restoran tutup pukul 20.00 malam.

Meski begitu, Faisal mengatakan pemerintah Jepang tidak melarang warganya bepergian ke luar kota bahkan luar negeri. Jepang juga tidak menutup perbatasan bagi orang yang baru datang dari luar negeri.

"Tapi kemungkinan besar karena campaign Go To Travel, warga jadi pada liburan karena banyak promo diskon. Sementara itu, orang-orang yang kembali liburan pada khawatir terpapar jadi banyak yang ikut tes PCR, dan karena banyak yang tes, kasus yang terdeteksi juga ternyata makin banyak," ujar Faisal.

Menurut stasiun televisi pemerintah Jepang, NHK, kasus harian Covid-19 di Jepang mencapai rekor 7.882 pada Jumat lalu. Hingga saat ini Jepang mencatat total 286.752 kasus Covid-19, 4.044 kematian, dan 222.963 telah pulih.

(rds/dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER