Senator Filipina mengkritik keputusan pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte yang tetap membeli vaksin virus corona (Covid-19) buatan perusahaan farmasi China, Sinovac Biotech.
Penyebabnya adalah dari hasil uji klinis memperlihatkan tingkat efikasi vaksin Covid-19 buatan Sinovac rendah.
"Ada vaksin lain yang mempunyai tingkat efikasi lebih tinggi dengan harga, atau dengan kata lain kompetitif, yang lebih murah. Kenapa kita tetap ingin membeli dari Sinovac?," kata Senator Franklin Drilon, dalam rapat dengar pendapat dengan Satuan Tugas Virus Corona Filipina di Manila, seperti dilansir Reuters, Jumat (15/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keputusan untuk tetap membeli vaksin Sinovac tidak dapat disangkal dan tidak akan membantu dengan baik untuk membangun kepercayaan orang-orang pada kemampuan kita untuk mengatasi pandemi," ujar Drilon.
Duterte pada Senin (11/1) lalu menyatakan tengah menunggu pengiriman pesanan tahap pertama vaksin Sinovac Biotech. Menurut dia kemungkinan besar vaksin itu akan tiba pada Februari mendatang.
Filipina memesan 25 juta dosis vaksin dari Sinovac. Namun, setelah melihat data efikasi yang rendah dari hasil uji di Brasil, dari yang sebelumnya diungkap, Senat ingin pemerintah segera membatalkan pesanan itu.
Padahal sampai saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan Filipina belum menerbitkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Sinovac. Mereka baru mengizinkan penggunaan darurat untuk vaksin Pfizer.
Menurut hasil jajak pendapat, kurang dari sepertiga penduduk Filipina yang mau disuntik vaksin dengan alasan keamanan dan efek samping.
Untuk meyakinkan rakyatnya, Duterte menyampaikan pidato para Rabu (13/1) lalu dan menyatakan vaksin Sinovac sama bagusnya dengan vaksin corona buatan Amerika Serikat dan Rusia.
Diduga keputusan Duterte tetap ingin menggunakan vaksin Sinovac beraroma politis. Yakni untuk mempererat hubungan diplomatik dengan China yang bersengketa dengan mereka terkait hak eksplorasi Laut China Selatan.
Duterte beberapa waktu lalu menyatakan tidak yakin bisa menang jika harus terlibat konfrontasi militer dengan China terkait sengketa Laut China Selatan.
Selain itu, Duterte menyatakan akan lebih memilih menggunakan vaksin Covid-19 dari China dan Rusia.
Jumlah kasus infeksi Covid-19 di Filipina tertinggi kedua di kawasan Asia Tenggara setelah Indonesia. Pemerintahan Duterte dinilai tertinggal dari sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara dalam hal pengadaan vaksin corona.
(reuters/ayp)