Perdana Menteri Korea Selatan Chung Sye-Kyun memerintahkan untuk mengubah pedoman jaga jarak sosial untuk mencegah laju penularan lokal virus corona jenis baru.
Aturan jaga jarak sosial di negara itu menuai kritik lantaran memberlakukan pembatasan dan jam malam yang tidak merata pada bisnis tertentu, termasuk larangan makan di tempat setelah jam 9 malam.
Aturan tambahan untuk menjaga jarak menuai kritik karena dianggap kontradiktif di tengah upaya keluar dari gelombang ketiga pandemi. Pihak yang menolak kebijakan itu adalah pemilik gym, restoran, dan kafe.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Daripada mengenalkan pedoman secara sepihak, kami harus membuat aturan pencegahan yang melibatkan publik" kata Chung dalam pertemuan lembaga internal pada Kamis (4/2) seperti dikutip dari Reuters.
Pihak berwenang, pada Minggu (31/1) memperpanjang aturan jaga jarak sosial selama dua Minggu. Hal itu dilakukan untuk mengamati jarak sosial, dan meningkatkan kewaspadaan jelang liburan tahun baru Imlek. Sebagai informasi, hari libur Imlek di Korsel akan dimulai pada 11 Februari mendatang.
Terpisah, Otoritas Kesehatan Korea Selatan, memperingatkan gelombang besar keempat tidak dapat dipandang sebelah mata. Gelombang baru itu disebabkan mutasi baru virus korona Inggris dan Afrika Selatan yang lebih mudah menular.
Hingga kini total 39 kasus mutasi baru virus corona di Korsel.
Sementara itu, Korea Selatan, pernah berhasil mengatasi penularan virus tanpa memberlakukan lockdown ketat.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) melaporkan kasus harian Covid-19 per Rabu (3/2) sebanyak 451 kasus baru dan angka kematian bertambah 7 orang. Sehingga total kematian karena covid-19 mencapai 1.448 orang dan 79.762 kasus secara keseluruhan.
(isa/evn)