Pasukan Amerika Serikat tidak lagi bertanggung jawab menjaga ladang minyak Suriah, melainkan fokus memerangi sisa-sisa kelompok ISIS.
Hal tersebut diungkapkan oleh Juru Bicara Pentagon John Kirby untuk menegaskan bahwa tentara AS tidak lagi menjalankan perintah mantan presiden Donald Trump.
Kirby mengatakan tahun lalu sebuah perusahaan AS bekerja sama dengan Kurdi untuk membantu mengeksploitasi cadangan minyak Suriah timur laut. Dia memastikan pasukan AS tidak terlibat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"900 personel militer AS dan kontraktor di wilayah itu tidak berwenang untuk memberikan bantuan kepada perusahaan swasta lainnya, termasuk karyawan atau agennya, yang berusaha mengembangkan sumber minyak di Suriah," kata Kirby, Senin (8/2) seperti dikutip dari AFP.
Namun, kata dia, pasukan AS berada di sekitar area ladang minyak Suriah jika memang sedang beroperasi melindungi warga sipil.
"Penting untuk diingat bahwa misi kami di sana tetap yakni mengalahkan ISIS selamanya," kata dia.
Ini merupakan perubahan sikap AS di bawah Presiden Joe Biden dari Trump terkait perang saudara Suriah yang telah berlangsung selama satu dekade.
Ladang minyak utama itu berada di timur laut Suriah. Di wilayah itu Pasukan Demokratik Suriah bersekutu dengan AS untuk memegang kendali dan bergantung pada minyak.
Setelah "kekhalifahan" ISIS dihancurkan oleh AS dan pasukan sekutu pada 2019, Trump menyatakan bahwa sebagian besar tentara mereka ditarik dan sisanya melindungi minyak.
Para pejabat AS pada saat itu mengatakan bahwa pasukan berada di sana untuk mencegah ladang minyak jatuh ke tangan para ekstremis.
Kemudian pada 2020 perusahaan minyak AS, Delta Crescent Energy, menandatangani kesepakatan dengan Kurdi untuk mengeksploitasi cadangan minyak.
(dea)