Junta militer Myanmar menjamin akan menggelar pemilihan umum dan menyerahkan kembali kekuasaan, Selasa (16/2). Pernyataan tersebut sekaligus memnatah jika militer telah melakukan kudeta terhadap pemerintah sipil dan menahan para pemimpinnya termasuk Aung San Suu Kyi.
"Tujuan kami adalah mengadakan pemilihan dan menyerahkan kekuasaan kepada partai pemenang," jelas juru bicara yang berkuaasa, Brigjen Zaw Min Tun saat konferensi pers pertama sejak penggulingaan pemerintahan Suu Kyi.
Mengutip Reuters, militer belum memberikan kepastian waktu terkait Pemilu. Tetapi sudah memberlakukan keadaan darurat selama satu tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Militer, kata Zaw Min Tun, tidak akan lama memegang kekuasaan.
"Kami menjamin pemilihan akan diadakan," katanya.
Pembelaan junta atas prebutan kekuasaan yang terjaadi dua minggu lalu, dan penangkapan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi terjadi ketika China menepis rumor di media sosial, bahwa mereka telah membantu kudeta.
Pada hari Selasa, duta besar China, Chen Hai, mengatakan situasinya "sama sekali bukan apa yang ingin dilihat China." Ia menepis rumor keterlibatan China dalam kudeta sebagai "(hal yang) benar-benar tidak masuk akal".
Chen, dalam sebuah wawancara dengan media yang diposting di halaman Facebook kedutaan, mengatakan China mempertahankan hubungan persahabatan baik dengan tentara dan mantan pemerintah dan belum "diberi tahu sebelumnya tentang perubahan politik".
Zaw Min Tun menepis dugaan penahanan ketika ditanya mengenai penahanan Suu Kyi dan presiden Myanmar. Mereka, sebut Zaw berada di rumah demi keamanannya, sementara hukum mengambil yang jalan.
Dia juga memamparkan kebijakan luar negeri Myanmar tidak akan berubah, kesepakatan akan ditegakkan dan tetap terbuka untuk bisnis.
Militer berharap, jaminannya itu akan meredam kampanye oposisi terhadap pemerintahannya dan penggulingan Suu Kuyi serta pejabat sipil lainnya.
Aksi protes menentang kudeta terjadi dalam dua pekan terakhir dan meluas hingga ke seluruh negeri. Dalam aksi protes Senin (115/2), polisi melepaskan beberapa tembakan peluru karet untuk membubarkan massa. Sedikitnya enam orang terluka terkena tembakan peluru karet polisi.
Seorang perempuan yang tertembak di bagian kepala di Naypyitaw pada hari Minggu, diperkirakan tidak akan selamat.
Selain demonstrasi di kota-kota besar, gerakan pembangkangan sipil juga menyebabkan pemogokan kerja yang berimbas pada lumpuhnya fungsi pemerintahan.
Para pengunjuk rasa berbondong-bondong ke jalur kereta api pada hari sebelumnya untuk mendukung gerakan pembangkangan dan memblokir kereta antara Yangon dan kota selatan Mawlamyine.
"Lepaskan pemimpin kami segera. Kembalikan, kekuatan rakyat," kembalikan," teriak massa yang berada di siaran langsung media.
Tak hanya itu, sekelompok biksu Buddha juga memprotes kudeta di Yangon, sementara ratusan orang berbaris melalui kota pantai barat Thanked.
Sebelumnya, tentara mengambil alih kekuasaan dengan menuding adanya kecurangan dalam Pemilu8 November lalu. Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi menang telak dalam pemelihan tersebut.
Suu Kyi, pernah menghabiskan hampir 15 tahun dalam tahanan rumah atas upayanya untuk mengakhiri kekuasaan militer.
Kali ini, dia juga menghadapi tuduhan atas kasus impor enam radio walkie-talkie secara ilegal dan ditahan hingga Rabu. Pengacara Syu Kyi menyebut mengatakan polisi telah mengajukan dakwaan kedua karena melanggar Undang-Undang Penanggulangan Bencana Alam.
Tentara Myanmar memberikan kewenangan pencarian dan penahanan yang ekstensif dan telah membuat amandemen hukum pidana yang bertujuan membungkam perbedaan pendapat dengan hukuman penjara.
(isa/evn)