Pembunuhan wartawan The Washington Post, Jamal Khashoggi, kembali menjadi sorotan setelah Amerika Serikat resmi merilis dokumen intelijen yang menuding keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS) dalam kasus tersebut.
Pemerintahan Presiden Joe Biden merilis dokumen intelijen terkait penyelidikan kematian Khashoggi, yang menunjukkan peran Mohammed bin Salman dalam kasus pembunuhan itu.
Dokumen itu sudah ada sejak pemerintahan Presiden Donald Trump. Namun, Trump disebut menolak merilis dokumen itu demi mempertahankan relasi AS dan Saudi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum menjadi warga AS, Khashoggi pernah menjabat sebagai penasihat Pangeran Turki al-Faisal, mantan kepala intelijen dan duta besar Saudi untuk Amerika Serikat dan Inggris.
Selama menjadi wartawan, Khashoggi kerap mengkritik kepemimpinan MbS di Saudi. Dia menyoroti kedekatan Saudi dengan pemerintahan AS di era pemerintahan Trump. Da juga menentang keterlibatan Saudi dalam perang sipil di Yaman.
Khashoggi hilang saat hendak mengurus sejumlah dokumen pernikahannya di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018.
Tunangan Khashoggi, Hatice Chengiz, ikut menemaninya dan menunggu di luar konsulat. Sejak itu, Chengiz tak pernah melihat tunangannya itu keluar dari gedung itu.
Dalam dokumen intelijen AS, Khashoggi disebut sempat mendatangi kedutaan besar Saudi di Washington D.C untuk mengurus dokumen tersebut.
Namun, Dubes Saudi untuk AS, Khalid bin Salman, meminta Khashoggi mengurus keperluannya ke konsulat di Istanbul. Khalid diduga meminta Khashoggi ke Istanbul setelah menerima perintah dari MbS via telepon.
Sejak Khashoggi menghilang, aparat Turki langsung bergerak. Chengiz berkeras pasangannya itu ditangkap di konsulat Saudi.
Pada 3 Oktober 2018, pemerintah Saudi menyatakan Khashoggi hilang. Namun, saat itu, mereka berkeras wartawan itu sudah meninggalkan gedung konsulat di Istanbul.
Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan Khashoggi tidak pernah meninggalkan gedung konsulat Saudi di Istanbul. Hal itu pun terlihat dari rekaman sejumlah CCTV yang terpasang di sekitar gedung konsulat.
![]() |
Erdogan bahkan sudah menyimpulkan bahwa pengkritik MbS itu mungkin tewas dibunuh.
Beberapa hari setelah Khashoggi menghilang, media Turki merilis sejumlah rekaman dan gambar CCTV yang memperlihatkan sekelompok pria diduga regu pembunuh masuk dan keluar gedung konsulat Saudi. Waktu kemunculan mereka sama ketika Khashoggi mengunjungi kantor tersebut.
Setelah merazia gedung konsulat Saudi, aparat Turki menemukan beberapa bukti yang mendukung dugaan bahwa Khashoggi dibunuh.
Aparat Turki juga menyebutkan bahwa mereka telah mendapat sejumlah rekaman suara detik-detik kematian Khashoggi di dalam gedung konsulat.
Laporan intelijen AS juga menyimpulkan bahwa Khashoggi dibunuh di dalam gedung konsulat itu atas perintah penguasa Saudi. Sejak itu, nama MbS terus dikaitkan dengan pembunuhan Khashoggi.
Setelah membantah, pada 20 Oktober 2018 Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi dibunuh di dalam gedung konsulat di Istanbul.
Meski begitu, pemerintah Saudi berkeras tidak terlibat. Mereka mengatakan peristiwa pembunuhan Khashoggi dilakukan di luar komando.
Sejak itu, Saudi dilaporkan menahan belasan warganya yang diduga terlibat pembunuhan Khashoggi. Setidaknya ada lima pejabat tinggi Saudi yang dipecat akibat keterlibatan dalam kasus itu.
Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyimpulkan bahwa MbS memerintahkan pembunuhan Khashoggi.
Namun, baik Saudi maupun pemerintahan Presiden Trump saat itu tak berbuat banyak untuk mendesak MbS mengaku atas apa yang disangkakan kepadanya selama ini terkait pembunuhan Khashoggi.
(rds/evn)