Seorang siswi di Prancis mengakui telah berbohong dan menyebarkan klaim palsu soal gurunya yang akhirnya dibunuh usai menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas.
Guru tersebut, Samuel Paty, dipenggal kepalanya oleh seorang ekstremis Islam di jalan pada Oktober tahun lalu.
Gadis itu sebelumnya mengklaim Samuel Paty telah meminta murid beragama Islam untuk meninggalkan kelas ketika dia menunjukkan kartun tersebut. Padahal dia juga tidak ada di kelas tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia berbohong karena merasa blunder, karena teman-teman sekelasnya meminta dia menjadi juru bicara," kata pengacara siswa itu, Mbeko Tabula Senin (8/3) seperti dikutip dari AFP.
Akibat cerita dari pelajar itu, sang ayah langsung mengajukan gugatan hukum. Dia juga memimpin kampanye daring untuk melawan Paty.
Sang ayah mencantumkan nomor teleponnya di postingan kampanye daring di Facebook dengan video yang menyerukan protes terhadap Paty.
Pelaku pemenggalan adalah Abdullah Anzorov, pemuda 18 tahun asal Chechnya. Dia diketahui sempat bertukar pesan melalui WhatsApp dengan ayah murid tersebut.
Sumber kepolisian tidak menyebutkan bagaimana Anzorov berhubungan dengan ayah murid.
Anzorov melancarkan serangan itu ketika Paty dalam perjalanan pulang dari SMP tempat dia mengajar di Conflans-Sainte-Honorine, 40 kilometer di barat laut Paris. Pelaku ditembak mati oleh polisi tak lama setelah serangan itu.
Berdasarkan informasi yang ada, dia bertanya lebih dulu kepada para siswa sepulang sekolah untuk mengetahui keberadaan sang korban.
Sang ayah adalah satu dari 16 orang yang ditahan atas pembunuhan tersebut. Selain itu, lima siswa sekolah itu juga ditahan karena dicurigai membantu Anzorov mengidentifikasi Paty dengan imbalan uang. Sementara siswi itu dituduh melakukan pencemaran nama baik.
(isa/dea)