Isu rasisme dan diskriminatif terhadap keturunan Asia di Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah penembakan di tiga panti pijat Atlanta.
Insiden itu menewaskan delapan orang, enam di antaranya merupakan perempuan keturunan Asia.
Sebagian warga keturunan Asia dan kelompok advokasi HAM di AS khawatir penembakan itu dilatarbelakangi oleh sentimen rasisme pelaku.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepolisian Atlanta mengaku belum bisa memastikan motif jelas penembakan yang dilakukan Robert Aaron Long (21) tersebut. Long merupakan seorang laki-laki keturunan kulit putih yang disebut memiliki kecanduan seks.
Long ditangkap polisi setelah melarikan diri sejauh 241 kilometer dari lokasi kejadian.
Penembakan di Atlanta terjadi ketika sentimen anti-Asia terus meningkat signifikan di AS, terutama ketika pandemi virus corona.
Menurut studi terbaru, kekerasan anti-Asia terus meningkat hingga 150 persen sejak pandemi corona mulai menyebar.
Di awal 2020, sentimen anti-Asia juga diperparah ketika saat itu, Presiden Donald Trump, terus menyebut virus corona itu sebagai "Virus China" yang sedikit banyak memicu stigmatisasi terhadap orang keturunan Asia di Negeri Paman Sam, bahkan dunia Barat.
Namun, diskriminasi hingga kekerasan terhadap warga keturunan Asia telah berlangsung di Negeri Paman Sam jauh sebelum pandemi berlangsung.
Dikutip The Washington Post, warga keturunan Asia telah tinggal 160 tahun lalu. Sejak itu pula, warga keturunan Asia menjadi sasaran kefanatikan.
Berikut jejak singkat kekerasan dan rasisme yang dihadapi para imigran Asia dan warga Amerika-Asia.
Masa Civil War
Imigran keturunan Tiongkok mulai berdatangan dan menetap di Amerika Serikat dalam jumlah signifikan sekitar 1850-an. Saat itu, sebagian besar dari mereka tinggal di California dan negara bagian AS sebelah barat.
Saat itu, sebagian besar imigran China bekerja di pertambangan dan konstruksi jalur kereta api. Saat itu, permintaan buruh untuk melakukan pekerjaan berbahaya di bidang konstruksi dengan upah minim sangat tinggi. Para imigran China bersedia memenuhi kebutuhan pekerja tersebut.
Sejak itu, kiasan bernada rasisme bahwa "orang Asia datang untuk mencari pekerjaan warga kulit putih" santer terdengar.
Sentimen anti-Asia saat itu pun terus mendarah daging di sebagian besar warga AS, bahkan hingga ke ranah pemerintahan.
Pada 1854, Mahkamah Agung California memutuskan keturunan Asia tidak dapat bersaksi melawan orang kulit putih di pengadilan.
Keputusan itu sedikit banyak menjadikan "jaminan" bahwa orang kulit putih bisa dengan mudah lolos dari hukuman atas kekerasan terhadap orang Asia yang dilatarbelakangi rasa benci dan tindakan rasial.
Satu kasus pembunuhan yang cukup terkenal saat itu menjadi contohnya. Pria kulit putih bernama George Hall lolos hukuman setelah membunuh imigran asal China, Ling Sing. Kesaksian para saksi mata ditolak karena mereka keturunan Asia.
Pembantaian Orang Tionghoa
Pada 24 Oktober 1871, sedikitnya 500 warga kulit putih dan keturunan Hispanik mengepung dan menyerang komunitas kecil China di Los Angeles. Setidaknya 17 pria dan anak laki-laki keturunan Tionghoa digantung mati, termasuk seorang dokter terkemuka di daerah itu.
Belasan warga Tionghoa itu digantung di beberapa lokasi pusat kota.
Penyerangan itu dilakukan setelah seorang pria kulit putih terbunuh setelah terperangkap dalam bentrokan dua kelompok warga Tionghoa yang bermusuhan di kawasan itu.
Delapan perusuh sempat divonis bersalah atas pembunuhan namun tak lama dibatalkan dan hingga kini tidak ada orang yang dihukum atas pembantaian brutal itu.
UU Diskriminatif
Kesengsaraan ekonomi pada 1870-an semakin memperkuat sentimen anti-Asia di Amerika. Saat itu, keturunan Asia kerap menjadi kambing hitam terhadap situasi sosial dan ekonomi di Negeri Paman Sam.
Pada 1882, Kongres AS mengeluarkan Undang-Undang Pengecualian Tionghoa atau Chinese Exclusion Act. UU itu melarang imigran China masuk ke AS selama 20 tahun.
Presiden AS saat itu, Chester A. Arthur, memveto draf konstitusi tersebut. Namun, ia kemudian menyetujui UU versi lain yang kurang lebih sana yakni melarang imigran China masuk AS selama 10 tahun.
UU tersebut kemudian berlaku hingga setidaknya lebih dari 60 tahun sebelum dicabut pada 1943.