Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin berharap Indonesia tak akan mengalami lonjakan penularan virus corona (Covid-19) seperti dialami India dalam beberapa waktu terakhir.
Budi mengatakan lonjakan kasus di India terjadi saat tren pertambahan kasus menurun. Di saat yang sama, ia menganggap vaksinasi Covid-19 India berjalan lancar.
India memang tengah dihadapkan gelombang baru virus corona yang dinilai lebih ganas. Dalam sepekan terakhir, negara di Asia Selatan itu terus mencetak rekor penemuan infeksi corona harian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Selasa (20/4), India mencatat setidaknya 259.170 kasus corona baru dan 1.761 kematian dalam sehari.
India sejauh ini mencatat 15.314.714 kasus corona dengan 180.550 kematian. Jumlah itu menjadikan India menggeser Brasil sebagai negara dengan jumlah kasus corona tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Berikut tiga penyebab kenaikan penularan corona di India
Hampir semua negara bagian India mengalami lonjakan penularan corona.
Namun, ribuan warga India tetap menghadiri ritual umat Hindu yakni mandi di sungai alias Kumbh Mela yang berlangsung di beberapa sungai besar di India, seperti Sungai Allahabad di Prayagraj, Ganges-Yamuna Sarasvati, Haridwar di Ganges, Nashik di Godavari, dan Ujjain di Shipra dalam beberapa waktu terakhir.
Dikutip AFP, para peserta ritual tersebut sama sekali tak mengindahkan protokol kesehatan seperti tak memakai masker dan tidak menjaga jarak.
Ribuan orang di India lantas dinyatakan positif Covid-19 setelah perayaan Kumbh Mela.
Pihak berwenang melaporkan angka infeksi ini setelah melakukan tes terhadap 50 ribu peserta Kumbh Mela di kawasan Haridwar, Uttarakhand, dalam 48 jam belakangan.
Terlepas dari ritual tersebut, pemerintah India memang kewalahan akibat sebagian besar warga kerap mengabaikan protokol kesehatan selama corona.
Para ahli kesehatan masyarakat khawatir bahwa varian virus corona baru yang dinilai lebih ganas memperparah penularan Covid-19 di negara Asia Selatan itu.
Varian baru corona India ini disebut B1617 yang berasal dari mutasi ganda E484Q dan L452R. Varian corona baru ini terdeteksi pertama kali pada tahun lalu.
"Ini adalah varian corona yang kami tinjau terus. Memiliki dua mutasi virus ini mengkhawatirkan," kata Maria Van Kerkhove, pejabat teknis utama WHO pada Jumat pekan lalu.
Kementerian Kesehatan India pertama kali mendeteksi mutasi ganda virus corona ini pada akhir Maret lalu namun tak pernah menjadi perhatian mereka.
Prevalensi varian penularan corona varian baru ini lebih dari 60 persen pada sejumlah distrik di negara bagian Maharashtra.
Varian corona B1617 terdapat dalam sampel dari sekitar 10 negara bagian India. Menurut, Direktur Council of Scientific and Industrial Research India, Anurag Agrawal, varian corona ini lebih cepat menularkan dan kabur dari sistem kekebalan sebelumnya.
Kedua mutasi ini diketahui mengurangi pengikatan antibodi yang ditimbulkan oleh infeksi dan vaksinasi.
(rds/ayp)