Korea Utara memperingatkan Amerika Serikat akan menghadapi krisis di luar kendali dalam waktu dekat, sambil menyindir soal kasus rasialisme.
Hal itu dikatakan usai Presiden AS Joe Biden, dalam pidatonya di Kongres pada pekan lalu, mengatakan program nuklir Pyongyang adalah ancaman serius bagi keamanan Amerika dan dunia.
Direktur Jenderal urusan Amerika Kementerian Luar Negeri Korut Kwon Jong Gun menuturkan pernyataan Biden soal negaranya dalam pidato di Kongres merupakan "kesalahan besar" yang mengindikasikan "kebijakan ketinggalan zaman dari perspektif Perang Dingin."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pernyataannya (Biden) jelas mencerminkan niatnya untuk tetap menegakkan kebijakan permusuhan terhadap Korut seperti yang telah dilakukan AS selama lebih dari setengah abad," kata Kwon pada Minggu (2/5).
"Sekarang, inti dari kebijakan baru AS soal Korut telah menjadi lebih jelas, kami akan dipaksa menerapkan langkah-langkah yang sesuai dan seiring waktu AS akan menempatkan mereka dalam situasi sangat serius," ucapnya menambahkan.
Dalam pernyataan terpisah, negara pimpinan Kim Jong-un itu juga menuduh AS terlibat "penipuan politik" setelah Kemlu AS menyebut Korut sebagai salah satu negara paling represif dan totaliter di dunia.
Kemlu Korut juga mengatakan AS tidak punya hak untuk mendiskusikan isu penegakan hak asasi manusia negaranya.
Hal itu diutarakan Pyongyang merespons laporan tahunan penegakan HAM negara di dunia yang dilaporkan AS.
"AS, di mana orang-orang tidak bersalah kehilangan nyawa mereka karena ketidaksetaraan sosial dan rasialisme setiap hari, di mana 580 ribu orang meninggal karena virus corona, dengan sendirinya merupakan negara yang kekeringan penegakan HAM," bunyi pernyataan Kemlu Korut seperti dikutip CNN.
Selain menyinggung AS, Korut juga menyatakan ultimatum bagi tetangganya, Korea Selatan, dengan nada yang sama.