Biden Singgung Nuklir, Korut Sindir Kasus Rasialisme di AS

CNN Indonesia
Senin, 03 Mei 2021 21:29 WIB
Disinggung Presiden AS Joe Biden soal ancaman program nuklirnya, Korea Utara menyindir kasus rasialisme yang kerap terjadi.
Foto: iStockphoto/narvikk

Adik perempuan Kim Jong-un yang telah memegang sejumlah jabatan penting di Korut, Kim Yo-jong, mengecam Korsel karena gagal menghentikan kampanye propaganda yang disebarkan pembelot Korut di perbatasan kedua negara pada akhir pekan lalu.

Kim Yo-jong, penerus takhta kepemimpinan Korut, juga menuturkan negaranya tidak bisa menyembunyikan ketidaksenangan atas "tindakan kotor" yang dilakukan para pembelot.

Perempuan itu bahkan menyebut pembelot Korut sebagai "kotoran manusia" dan "sampah manusia yang kotor".

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami menganggap manuver yang dilakukan oleh kotoran manusia di Korsel sebagai provokasi serius terhadap negara kami dan kami akan mempertimbangkan tanggapan terkait," kata Kim.

Penyebaran selebaran propaganda ini memang kerap membuat geram Korut. Pyongyang menyuarakan ketidaksenangan mereka atas operasi anti-Korut para pembelot di Korsel pada tahun lalu dengan meledakkan kantor penghubung bersama yang kerap digunakan Seoul-Pyongyang untuk berkomunikasi.

Korut menganggap selebaran propaganda anti-Pyongyang yang kerap disebarkan oleh warganya yang menjadi pembelot di Korsel merupakan pelanggaran kesepakatan KTT Inter-Korea pada April 2018 lalu.

Salah satu kesepakatan yang dicapai kedua negara saat itu adalah "menghentikan semua tindakan bermusuhan dan menghilangkan kampanye propaganda dan semua sarana yang mendukung gerakan tersebut."

Menurut sejumlah pengamat, sejumlah peringatan Korut ini diutarakan sebagai upaya membuat AS dan Korsel terpecah sebelum pertemuan Presiden Joe Biden dan Presiden Moon Jae-in berlangsung pada 21 Mei mendatang.

"Kontroversi selebaran propaganda adalah salah satu cara Pyongyang mencoba memecah belah Washington dan Seoul dengan menjelek-jelekan politik dalam negeri Korsel,"kata Leif-Eric Easley, seorang profesor studi internasional di Ewha Womans University, Seoul.

(rds/ayp)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER