Akan tetapi, setelah kematian Osama, Al Qaeda tergeser dari posisinya sebagai organisasi teror setelah muncul kelompok Negara Islam (ISIS). ISIS sempat menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah dan menebar aksi teror di berbagai negara.
Kedua kelompok itu, meski sama-sama kejam dan menganut ideologis ekstremis, justru menjadi musuh bebuyutan.
Akan tetapi, Osama meninggal sebelum perpecahan itu terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena dia dibunuh sebelum 2014 dan sebelum perpecahan antara ISIS dan Al-Qaeda, dia masih dipandang baik di antara kader ISIS," kata Aaron Zelin, seorang peneliti yang mengelola situs Jihadology, yang menganalisis video ekstremis dan konten lainnya.
"Dalam beberapa hal Negara Islam merasa mereka sebagai penerus sejati cara Bin Laden," tambah Zelin.
Di kalangan militan, strategi Osama bin Laden dinilai kontroversial, terutama keputusannya untuk menyerang AS, yang bagi sebagian ekstremis merupakan langkah yang kontraproduktif.
"Ini masih secara luas dipandang sebagai kesalahan strategis yang signifikan. Bagian dari bukti untuk ini adalah bahwa sangat sedikit jihadis yang mengikuti strategi ini lagi - dan kebanyakan tidak pernah melakukannya," kata penulis buku Global Jihad: A Brief History, Glenn Robinson.
Terlepas dari itu semua, Al Qaeda kini menjadi merek dan waralaba daripada organisasi yang mempersatukan. Cabang-cabangnya aktif di kawasan Gurun Sahara hingga Sudan, Somalia, Yaman dan Suriah, dan sedikit di Barat.
Wajah Osama bin Laden juga masih terpampang di kaus. Namanya juga dijadikan stiker untuk ditempel di bagian belakang mobil, dan patungnya kerap dibawa selama demonstrasi.
"Osama Bin Laden telah dianggap penting di media jihad dan masih muncul dalam propaganda," kata Katherine.
Katherine menunjuk ke video militan Al Shabaab di Somalia setelah serangan Desember lalu, yang menonton video Bin Laden.
"Ini adalah penempatan gambar yang dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan mereka dengan warisannya," katanya.
(isa/ayp)