Warga Negara Indonesia (WNI) di Myanmar yang sempat mengungsi ke Sekolah Indonesia di Yangon akibat serangkaian ledakan bom pada Sabtu (1/5) pekan lalu sudah kembali ke rumah.
Hal itu disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Myanmar, Iza Fadri.
"Aman sudah kosong, pada kembali kerumahnya" kata Iza saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (3/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Maret lalu, Kedutaan Besar RI (KBRI) di Yangon menyiapkan Sekolah Indonesia Yangon sebagai lokasi penampungan sementara bagi WNI, guna menghindari kerusuhan yang terjadi di Myanmar imbas dari kudeta.
Pada akhir pekan lalu, secara beruntun bom meledak tak jauh dari sebuah sekolah di Insein, Yangon. Bom tersebut meledak sekitar pukul 10.00 waktu setempat.
Menurut Iza bom itu tak memiliki daya ledak yang tinggi. Dia mengimbau supaya para WNI di Myanmar untuk selalu berhati-hati.
"Sejauh ini bom daya ledak rendah," katanya.
Menurut saksi mata, setelah bom itu meledak, petugas keamanan datang untuk memeriksa area ledakan. Menjelang Sabtu sore, bom kembali meledak di Yankin.
Berdasarkan laporan kantor berita Myanmar, seorang perempuan terluka dalam kejadian itu. Sejauh ini, belum ada yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan-ledakan yang terjadi di Yangon.
Kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan Myanmar terhadap warga sipil tak kunjung reda. Setiap hari ada saja korban yang tewas di tangan mereka.
Menurut Lembaga Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) hingga kini jumlah korban tewas mencapai 766 orang, sementara yang ditahan karena melawan junta sebanyak 3.614 orang.
Myanmar tak hanya menghadapi krisis politik, negara itu juga tengah berjuang menghadapi infeksi virus corona (Covid-19).
Menurut laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) jika krisis politik terus terjadi, setengah dari populasi Myanmar akan terjebak dalam kemiskinan pada 2022.
(isa/ayp)