Petinggi ISIS Dibekuk di Wilayah Pinggiran Istanbul
Kepolisian Turki menangkap seorang pria yang diduga merupakan komandan militer kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Istanbul, pada Minggu (2/5) pekan lalu.
Dikutip dari Middle East Eye, Selasa (4/5), Kepolisi Turki dalam pernyataannya menyebutkan tersangka dengan nama alias Basim itu ditahan di pinggiran kota Istanbul. Dia juga diduga bertugas di Dewan Syura ISIS dan mengorganisir pelatihan militer bagi kelompok teroris itu di Suriah dan Irak.
Berdasarkan laporan berita nasional Turki, NTV, penangkapan itu dilakukan dalam operasi gabungan antara Kepolisian Turki dan Organisasi Intelijen Nasional (MIT).
Mereka kemudian mengunggah dua foto Basim, yakni saat dia masih berada di medan tempur dan setelah ditangkap.
Menurut laporan, Basim adalah warga Afghanistan yang diduga memiliki hubungan dekat dengan mantan pemimpin kelompok ISIS, mendiang Abu Bakr al-Baghdadi. Dia tewas akibat bom bunuh diri saat akan ditangkap dalam operasi gabungan antara pasukan Kurdi dan Amerika Serikat di Provinsi Idlib, Suriah, pada Oktober 2019.
Menurut keterangan Kepolisian Turki, pria yang tak diketahui keberadaannya sejak Desember 2017 itu melakukan perjalanan menggunakan paspor palsu.
Laporan Kepolisian Turki tak dapat dikonfirmasi secara independen, begitu pula soal identifikasi latar pria itu.
Setelah sempat menguasai sepertiga dari Suriah dan Irak, kelompok ISIS kini terusir ke daerah perbatasan gurun di antara kedua negara.
April lalu di kota al Saan, Suriah, kelompok itu dilaporkan menculik puluhan orang, delapan tentara dan petugas polisi, serta 11 warga sipil yang dituduh sebagai informan pemerintah Suriah.
Di Irak, pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat tetap aktif memburu kelompok ISIS. Pasukan multi-nasional itu bekerja dengan militer Irak untuk menghancurkan sisa-sisa anggota kelompok teroris itu.
Wilayah cekungan Hamrin adalah salah satu tempat perlindungan terbesar dan paling berbahaya bagi kelompok radikal Sunni dan Kurdi selama beberapa dekade.
Daerah tersebut berada di antara wilayah hukum pasukan keamanan federal Irak dan tentara Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG), Peshmerga.
Pada Februari, Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg, mengatakan akan meningkatkan jumlah pasukan pemburu anggota ISIS dari 500 serdadu menjadi 4.000 prajurit, atas permintaan pemerintah Irak.
Mereka akan diterjunkan untuk mengambil alih beberapa kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh koalisi pimpinan AS melawan kelompok ISIS. Pasukan yang akan dikirim berasal dari Inggris, Turki dan Denmark.
(isa/ayp)