Deasy Kristianti sedih bukan kepalang lantaran terpaksa menunda niat pulang kampung ke Indonesia untuk merayakan Hari Lebaran tahun ini bersama keluarga.
Pandemi virus corona yang belum juga reda memaksa perempuan berhijab ini menetap di Beirut, Libanon, tempat ia bertugas sebagai salah satu staf kedutaan besar RI, selama bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Kamis (13/5).
Hingga akhir April, kasus harian corona di Libanon mencapai 1.400 kasus. Meski terbilang sedikit dibandingkan Indonesia, tren kasus harian corona di Libanon memprihatinkan lantaran total populasi negara Timur Tengah itu hanya sebanyak 6 juta penduduk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Deasy menuturkan dia bisa saja nekat pulang ke Indonesia demi bercengkerama dengan keponakan-keponakannya di Hari Raya, namun ia khawatir bisa terpapar virus corona selama di perjalanan dan menularkannya ke keluarga.
"Sedih sudah pasti, orang tua juga sedih. Dengan tingginya kasus di Libanon, saya memutuskan l menunda mudik tahun ini untuk meminimalisir resiko tertular dan menularkan. Keluarga mengerti kondisi saat ini, sehingga demi kebaikan bersama, mudik ditunda," ucap Deasy saat bercerita kepada CNNIndonesia.com
"Apalagi baru-baru ini ada kasus penggunaan alat tes antigen bekas di Bandara Kuala Namu, Medan. Jadi bertambah lah alasan untuk menunda mudik demi kebaikan semua," sambungnya.
Hati Deasy cukup bimbang ketika tahu harus ditugaskan dan berangkat ke Beirut pada Agustus 2020. Apalagi saat itu pandemi virus corona masih tinggi-tingginya sehingga ia sadar jika pergi saat itu belum tentu bisa pulang ke kampung dalam waktu dekat.
Deasy mengatakan saat mengajukan permohonan visa, Kedubes Libanon di Jakarta bahkan juga masih ragu untuk mengeluarkan masa berlaku izin tinggal kepadanya. Selain itu, ia juga menuturkan karena situasi sedang tidak menentu, maskapai penerbangan juga belum banyak yang beroperasi.
Terlebih, persyaratan kesehatan seperti memegang surat keterangan sehat dan hasil tes swab PCR negatif dalam kurun waktu kurang dari empat hari saat tiba di negara tujuan juga cukup menyulitkan Deasy.
"Karena saat itu, hasil tes belum tentu dapat dikeluarkan di hari yang sama, ditambah dengan dua hari penerbangan menimbulkan kekhawatiran sendiri. Kalau hasilnya negatif, berarti harus berangkat di hari itu juga atau paling lambat keesokan harinya. Tetapi jika positif, berarti harus membatalkan jadwal perjalanan yang telah ditetapkan sebelumnya," katanya.
Namun, beruntung Deasy bisa berangkat sesuai jadwal.