Aparat junta militer Myanmar menahan seorang wartawan asal Amerika Serikat, Danny Fenster (37), di Bandara Internasional Yangon ketika hendak pulang ke kampung halamannya.
Dilansir AFP, Senin (24/5), kabar itu disampaikan oleh atasan Fenster, Thomas Kean. Keduanya bekerja menjadi jurnalis di situs berita Frontier Myanmar.
"Kami baru mengetahui pada pukul 10.00 Danny tidak dibolehkan untuk naik ke pesawat di Bandara Yangon," kata Kean.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kean mengatakan Fenster bekerja menjadi editor di situs berita itu selama satu tahun. Dia mengatakan Fenster akan pulang untuk menemui keluarganya.
Saat ini mereka juga tidak mengetahui kondisi dan keberadaan Fenster. Diduga dia ditahan di Penjara Insein di Yangon, yang dikenal sebagai penjara para tahanan politik.
"Kami tidak tahu di mana Danny ditahan dan kami tidak bisa menghubunginya. Kami cemas atas kondisinya dan meminta supaya dia segera dibebaskan. Prioritas kami saat ini adalah untuk memastikan dia selamat dan membantunya semampu kami," demikian isi pernyataan Frontier Myanmar melalui akun Twitter.
Seorang saudara Fenste, Bryan, mengatakan keluarga terkejut mendengar kabar penahanan itu.
"Kami diminta untuk tidak khawatir tetapi tidak diragukan lagi kami sangat panik," kata Bryan.
Sejak kudeta pada 1 Februari lalu, junta Myanmar menahan sekitar 34 jurnalis dan juru foto di berbagai tempat.
Seorang jurnalis Jepang, Yuki Kitazumi, bahkan dua kali ditangkap oleh aparat Myanmar. Dia dibebaskan pada akhir pekan lalu dan kembali ke Tokyo.
Dia mengatakan sejumlah tahanan politik di Myanmar mengaku kepadanya di dalam penjara mereka disiksa dengan cara dipukuli dan tidak diberi cukup waktu untuk tidur.
Pada Maret lalu, seorang jurnalis kantor berita BBC ditahan sesaat setelah ditangkap oleh aparat keamanan tanpa seragam ketika sedang meliput di luar gedung pengadilan di Naypdyidaw.
Juru foto asal Polandia, Robert Bociaga, juga ditahan ketika meliput aksi unjuk rasa menentang kudeta. Dia dibebaskan pada Maret lalu.
(ayp/ayp)