Roman Protasevich, Jurnalis yang Ditahan usai Pesawat Dibajak

CNN Indonesia
Selasa, 25 Mei 2021 16:11 WIB
Roman Protasevich jadi sorotan setelah pemerintah Belarus sampai 'membajak' pesawat Ryanair yang ia tumpangi demi dapat menangkap aktivis dan jurnalis tersebut.
Roman Protasevich jadi sorotan setelah pemerintah Belarus sampai 'membajak' pesawat Ryanair yang ia tumpangi demi dapat menangkap aktivis dan jurnalis tersebut. (Reuters/Stringer)
Jakarta, CNN Indonesia --

Nama Roman Protasevich menjadi sorotan setelah pemerintah Belarus dilaporkan sampai "membajak" pesawat Ryanair yang ia tumpangi demi dapat menangkap aktivis sekaligus jurnalis tersebut.

Hari itu, Minggu (23/5), Protasevich sebenarnya sedang dalam penerbangan dari Athena, Yunani, menuju Lithuania bersama kekasihnya, seorang warga Rusia bernama Sofia Sapega.

Ia panik ketika tiba-tiba pilot mengumumkan bahwa pesawat harus mendarat mendadak di Ibu Kota Belarus, Minsk, karena ada ancaman keamanan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Protasevich dengan sigap langsung berdiri dan mengambil tas berisi perangkat elektronik, seperti komputer jinjing hingga ponsel. Ia lantas menyerahkan tas itu kepada Sapega.

Sejumlah penumpang di dalam pesawat itu melihat wajah Protasevich langsung murung. Ia bahkan sempat mengatakan kepada sejumlah penumpang bahwa hukuman mati sudah menantinya.

Ketika tiba di bandara Minsk, enam penumpang turun dan tak kembali ke pesawat. Mereka diduga Protasevich, Sapega, dan sejumlah agen intelijen yang diutus untuk membuntuti.

Protasevich diduga sudah dibuntuti sejak lama akibat sepak terjangnya sebagai aktivis dan jurnalis. Belakangan ini, ia menjalankan aksi menolak rezim Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, yang sudah berkuasa selama 26 tahun dari luar negeri.

Dia membentuk kanal di aplikasi Telegram bernama Nexta, yang menjadi salah satu motor penggerak aksi unjuk rasa menentang Lukashenko.

Pemerintahan Lukashenko menjeratnya dengan delik pidana mengatur aksi massa hingga mengakibatkan kerusuhan dan merusak ketertiban umum. Dia juga masuk ke dalam daftar buronan di Belarus kategori terorisme.

Ini bukan kali pertama Protasevich ditahan. Saat masih berusia 17 tahun pada 2012, Protasevich juga pernah ditahan karena membuat dua grup di jejaring sosial Belarus, Vkontakte, untuk melawan Lukashenko.

Selama di dalam tahanan, Protasevich mendapat perlakuan kasar. Menurutnya, para petugas meminta kata kunci untuk membuka grup-grup di jejaring sosial itu secara paksa.

"Mereka memukul di bagian lambung dan hati saya. Saya kencing darah selama tiga hari setelah itu. Mereka mengancam bakal mendakwa saya dengan kasus pembunuhan tak terpecahkan," ujar Protasevich kala itu, seperti dikutip AFP.

Beberapa tahun berselang, keberanian Protasevich tak pernah padam. Ia menjadi fotografer untuk media Belarus dan mendapatkan penghargaan jurnalis independen berbakat, Vaclav Havel Journalism Fellowship, pada 2017-2018.

Opposition blogger and activist Roman Protasevich, who is accused of participating in an unsanctioned protest at the Kuropaty preserve, arrives for a court hearing in Minsk, Belarus April 10, 2017. Picture taken April 10, 2017. REUTERS/StringerRoman Protasevich. (Reuters/Stringer)

Protasevich memutuskan hengkang dari Belarus pada 2019, setelah Nexta mulai besar dan memiliki pengikut lebih dari 1,2 juta.

Ia kemudian tinggal berpindah antara Polandia dan Lithuania, negara yang memang biasa menampung para eksil dari Belarus.

Di sana, ia menjadi editor untuk kanal BGM yang merupakan singkatan dari sebutan "Belarus Pintar" dalam bahasa Rusia. Kanal itu sudah memiliki 260 ribu pengikut.

Pada 2020, Protasevich meliput pemilihan umum presiden Belarus. Dalam pemilu itu, Lukashenko kembali menang. Namun, rival terkuatnya, Svetiana Tikhanovskaya, menuding Lukashenko curang.

Tsikhanouskaya serta kelompok oposisi lantas menggelar unjuk rasa. Lukashenko dan rezimnya menolak klaim Tsikhanouskaya. Ia menuduh Tsikhanouskaya mengganggu ketertiban umum.

Lukashenko pun memerintahkan aparat meredam aksi demo dan menangkap sejumlah tokoh oposisi. Tsikhanouskaya berhasil kabur dan saat ini bermukim di Lithuania.

Sementara itu, Protasevich masih diburu aparat atas tuduhan "terlibat dalam aktivitas teroris" melalui Nexta.

Protasevich menganggap tudingan itu lelucon. Melalui Twitter, Protasevich bahkan sempat mengolok tuduhan Belarus tersebut.

"[Saya adalah] jurnalis teroris pertama dalam sejarah," katanya.

(has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER