Selama ini dari Beijing menyatakan China telah membebaskan Tibet secara damai pada 1951, ketika pasukan negara tersebut masuk ke sana. Namun, langkah China itu mendapatkan perlawanan dari kelompok spritual yang dipimpin Jetsun Jamphel Ngawang Lobsang Yeshe Tenzin Gyatso sebagai Dalai Lama ke-14.
Dalai Lama sendiri kemudian terusir dari Tibet sejak 1959 silam, setelah perjuangannya melawan kekuasaan China dikandaskan. Dalai Lama dan puluhan pengikutnya kala itu menyeberang ke India melewati jalur pegunungan Himalaya.
Setelah itu China pun melarang setiap gambar Dalai Lama sejak 1996 silam untuk menekan pengaruhnya, termasuk dengan marak poster pemimpin Negara Tirai Bambu tersebut saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Poster-poster [pemimpin China] itu bertepatan dengan program pendidikan politik besar-besaran yang disebut pendidikan 'rasa terima kasih kepada partai'," kata peneliti soal Tibet dari Universitas London, Inggris, Robert Barnett.
Barnett mengatakan pengelolaan sekolah di Tibet menjadi salah satu upaya China untuk mengubah pikiran generasi muda Tibet. Namun, Barnett menilai, China tetap meyakini perlu seorang pemimpin agama untuk bertindak sebagai wakil mereka untuk mengendalikan Tibet.
"ini semua tentang proyek sejarah jangka panjang untuk mengendalikan Dalai Lama berikutnya," katanya.
Dalai Lama yang kini terus menua, menyisakan pertanyaan siapa penerus yang menggantikan dirinya. Biasanya penunjukan itu berdasarkan tanda dan penerawangan spiritual.
Namun, China mengatakan hanya Beijing yang dapat menunjuk Dalai Lama berikutnya dalam sebuah ritual menggunakan guci emas untuk memilih kandidat yang disetujui pemerintah.
"Reinkarnasi kehidupan Buddha termasuk Dalai Lama harus mematuhi hukum dan peraturan China dan mengikuti ritual keagamaan dan konvensi sejarah," demikian pernyatan Kemenlu China pada 2019 silam.
![]() |
Dan, sejumlah rilis pun dikeluarkan pemerintahan China di Beijing untuk menggambarkan Dalai Lama. Salah satunya Kertas Putih yang dikeluarkan kantor informasi negara China pada 21 Mei lalu. Pada dokumen tersebut, digambarkan bahwa upaya Dalai lama dan pendukungnya mendorong kemerdekaan Tibet adalah sebagai provokasi yang mengancam perdamaian dan stabilitas.
"Sejak akhir 1970-an, Dalai Lama ke-14 dan para pendukungnya mulai mengubah taktik mereka. Sambil terus memprovokasi insiden kekerasan untuk terus menekan pemerintah pusat, mereka menyatakan komitmen untuk 'tanpa kekerasan' dan 'jalan tengah' untuk menipu dunia," demikian tertulis dalam Kertas Putih tersebut seperti dikutip dari Xinhua.
Xi Jinping saat mengunjungi Tibet pada Rabu (9/6), seperti dikutip dari People's Daily menyatakan pentingnya untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan China. Dia pun menegaskan China dan rakyatnya akan terus bergerak menjadi yang terkuat di antara masyarakat dunia.