Jadi apa yang membuat sulit perdamaian?
Saya pikir setelah kami mengajak Palestina bernegosiasi, yang paling sulit adalah membangkitkan proses perdamaian itu lagi. Mungkin mereka khawatir tidak bisa mewakili seluruh warganya.
Salah satu alasannya adalah otoritas Palestina tidak menguasai seluruh penduduknya. Dan mungkin karena khawatir bahwa mereka sendiri tidak dapat melaksanakan perjanjian setelah disepakati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka menyadari tidak sepenuhnya berkuasa atas rakyatnya.
Kedua, mungkin karena mereka belum siap berkompromi. Dari urusan domestik Palestina, mereka punya masalah internal sangat serius. Atau pun mereka tidak percaya Israel.
Apakah Israel sebenarnya mendukung pembentukan negara Palestina?
Saya pikir kita bisa melihat pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu beberapa tahun lalu. Dia menyinggung kemerdekaan Palestina. Formula dasar terkait solusi dua negara sudah ditawarkan di meja perundingan lebih dari 20 tahun.
Formula itu menggambarkan bagaimana sebuah negara terbentuk. Saya tidak tahu, tapi untuk sesaat mungkin itu terlihat seperti akan membentuk sebuah negara gagal. Ini berisiko.
Saya pikir itu juga yang menjadi salah satu alasan kenapa Palestina terlihat enggan bernegosiasi secara serius. Mereka khawatir jika kesepakatan tercapai membuat sebuah negara, mereka akan langsung menjadi negara gagal seperti banyak negara lain di kawasan.
Jadi dari perspektif sinis, mereka mungkin lebih memilih tetap berada dalam konflik ini karena bisa dapat dana bantuan dari komunitas internasional. Karena jika mereka berhasil membentuk sebuah negara, mungkin tidak akan menerima banyak dana bantuan lagi, dan itu berisiko.
Israel juga terus menggencarkan pembangunan permukiman di wilayah pendudukan Palestina yang dinilai banyak pihak semakin menjauhkan prospek perdamaian. Apa alasan Israel terus melakukan pembangunan permukiman di wilayah Palestina?
Masalah permukiman memang sangat sensitif bagi Palestina. Pemerintah Israel belum membangun permukiman baru selama bertahun-tahun, kami tidak membangun permukiman baru.
Tapi di lingkungan Yahudi yang sudah ada, jika ada kelahiran baru, atau warga butuh perluasan area, kami akan membangun di dalam area permukiman itu.
Sebagai itikad baik, kami juga pernah melepas Jalur Gaza dan dalam rangka itu kami pindahkan semua kota dan desa Israel termasuk permukiman kami dari Jalur Gaza. Tidak ada satu pun warga Israel saat ini tertinggal di Jalur Gaza.
Kami juga mengevakuasi beberapa permukiman di utara Tepi Barat, untuk menunjukkan kepada Palestina dan komunitas internasional bahwa jika ada alasan dan kesempatan baik untuk perdamaian, kita bisa melakukannya. Dan kami telah menunjukkannya.
Namun apa yang terjadi? Kami malah mendapatkan lebih banyak serangan terorisme dan Hamas mengambil alih Jalur Gaza. Ini malah menyebabkan lebih banyak kekerasan di mana mereka turut mengusir otoritas Palestina sepenuhnya dari Jalur Gaza.
Kami mengevakuasi diri dari lahan hami menyerahkan permukiman tetapi orang Palestina bukannya bergerak maju, mereka malah memilih ideologi ekstremis, radikal, dan fasis, sehingga tidak mengarah pada perdamaian.
Bagaimana dengan laporan media soal penggusuran yang kerap kali dilakukan Israel terhadap keluarga Palestina di wilayah pendudukan? Sebagai contoh di Sheikh Jarrah?
Memang ada beberapa kasus di mana sejumlah keluarga digusur karena properti mereka telah dijual dengan nilai yang bagus oleh orang lain.
Soal Syeikh Jarrah, timur Yerusalem, kami memahami bahwa isu ini sensitif. Karena itu kami telah meminta pengadilan untuk menangguhkannya.
(rds/dea)