Kementerian Kesehatan Guinea mengumumkan wabah ebola di negaranya sudah berakhir.
"Saya dengan sungguh-sungguh menyatakan berakhirnya wabah Ebola di Guinea," kata Menteri Kesehatan Remy Lamah saat konferensi pers di ibu kota Conakry, Sabtu (19/6) mengutip Reuters.
Pernyataan itu disambut sorak-sorai dari petugas kesehatan yang menyaksikan secara virtual dari pusat wabah di Nzerekore.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga turut mendeklarasikan akhir dari wabah yang telah menewaskan 12 orang sejak Februari itu.
"Berdasarkan pengalaman dari wabah 2014-2016 dan melalui upaya respons yang cepat dan terkoordinasi Guinea berhasil mengendalikan wabah dan mencegah penyebarannya di luar perbatasan," ujar Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Meski wabah Ebola menjangkit di daerah yang sama dengan Afrika Barat, berkat inovasi baru dan pengalaman sebelumnya, Guinea berhasil menahan virus dalam empat bulan, demikian menurut Direktur Regional WHO untuk Afika, Matshidiso Moeti.
"Kami menjadi lebih cepat, lebih baik, dan lebih pintar dalam memerangi Ebola," ucap Moeti.
Untuk meredam laju penularan Ebola, WHO telah mengirimkan sekitar 24 ribu dosis vaksin Ebola. Sebanyak 11 ribu di antaranya telah disuntikkan kepada penduduk wilayah terdampak wabah ini, termasuk kepada 2.800 petugas kesehatan.
Penyakit Ebola dapat menyebabkan demam parah dan, dalam kasus terburuk, bisa terjadi pendarahan.
Ebola ditularkan melalui kontak dekat dengan cairan tubuh, seperti lewat darah atau cairan tubuh pengidapnya dari luka pada kulit atau lapisan dalam hidung, mulut, dan dubur.
Cairan tubuh tersebut dapat berupa air liur, muntah, keringat, ASI, urine, tinja, air mani.
Orang-orang yang tinggal bersama dengan pengidap Ebola atau merawat pasien berisiko tertular.
Sejak 2014-2016 wabah Ebola telah menewaskan sekitar 11.300 orang. Dari jumlah itu, sebagian besar korban berada di Guinea, Sierra Leone dan Liberia.
(isa/dea)