Jakarta di Antara Gemerlap Kota Mega di Dunia

Jakarta merayakan hari ulang tahun ke-494 pada hari ini, Selasa (22/6).

Di usia yang hampir menginjak lima abad itu, Jakarta bertransformasi menjadi kota megapolitan Indonesia.

Tak kalah dengan gemerlap kota besar lainnya di dunia, ibu kota Indonesia itu juga menoreh sederet prestasi dan penghargaan bergengsi internasional.

Baru-baru ini, Jakarta meraih Sustainable Transport Award (STA) 2021 atau penghargaan transportasi berkelanjutan. Ini merupakan kedua kalinya Jakarta menyabet gelar serupa sejak 2020.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan penghargaan itu didapat berkat program integrasi antarmoda transportasi publik di ibu kota RI tersebut.

"Alhamdulillah, Jakarta terpilih sebagai kota terbaik dunia dalam Sustainable Transport Award 2021. Saya turut berbangga dengan pencapaian Jakarta dalam peningkatan inovasi transportasi terintegrasi," kata Anies dalam keterangan tertulis, Kamis (25/2).

MRT Jakarta. CNN Indonesia/Andry Novelino

Anies mengatakan penghargaan itu, "Pengingat bahwa kami harus terus berupaya meningkatkan layanan transportasi yang sudah ada, sehingga kenyamanan warga dalam bertransportasi terjamin."

Gelar itu diraih Jakarta dengan mengalahkan kota-kota besar dunia yang beberapa di antaranya: Auckland (Selandia Baru), Bogota (Argentina), Buenos Aires (Argentina), Frankfurt (Jerman), Moscow (Rusia), San Francisco (Amerika Serikat), dan Sao Paulo (Brazil).

Pada tahun lalu, Jakarta menduduki peringkat kedua atau mendapat gelar 'Honorable Mention'.

Jakarta juga menjadi kota pertama di ASEAN yang menerima penghargaan itu.

STA merupakan penghargaan tahunan yang diberikan kepada kota yang menunjukkan komitmen, kemauan politik, serta visi dalam bidang transportasi berkelanjutan dan pembangunan perkotaan.

Pekerja menyelesaikan proyek Stasiun LRT Jabodebek dan long span Kuningan - Dukuh Atas di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Kamis, 16 Juli 2020. CNN Indonesia/Bisma Septalisma

Menurut Anies, upaya Jakarta memodernisasi transportasi publik secara berkelanjutan menjadi salah satu alasan mengapa Jakarta mampu menyabet penghargaan STA.

Mulai dari pembangunan ruas tol, sistem integrasi miko bus atau angkot dengan TransJakarta (JakLingko), pembangunan LRT-MRT, perombakan sistem KRL, hingga pembangunan ratusan kilometer jalur sepeda.

Selama ini, pemimpin DKI Jakarta juga kerap diundang menjadi pembicara di forum-forum kota dunia. Pada Juli 2019, Anies diundang menjadi pembicara World Cities Summit di Medellin, Kolombia.

Di tahun yang sama, Anies juga mewakili Jakarta hadir dalam Urban Mayor Summit di Tokyo dan Singapura pada Mei 2019 tentang Perencanaan Pembangunan Kota.

Sementara itu, pada 2016, di bawah kepemimpinan mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Jakarta juga meraih gelar National Earth Hour Capital dalam ajang Earth Hour City Challenge (EHCC) tahun 2015 dan 2016 dari World Wildlife Fund (WWF).

Organisasi pemerhati lingkungan itu menilai Jakarta layak menjadi panutan bagi kota-kota lainnya di Indonesia dalam hal ambisi, upaya dan rencana kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Potret gedung perkantoran di Jakarta. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)

Selain Indonesia, 16 kota lain di dunia yaitu BeloHorizonte (Brazil), Boulder (Amerika),Chiangrai (Thailand), Edmonton (Kanada), Hue City (Vietnam),Lappeenranta (Finlandia),Montería (Kolombia), Murcia (Spanyol), Petaling Jaya (Malaysia), Quito (Ekuador),Rajkot (India), Santa Rosa (Filipina),Shenzhen (China), City of Singapore (Singapura),Tshwane (Afrika Selatan), danUmeå (Swedia) juga mendapat penghargaan serupa.

Pada 2014, Jakarta bersama Kota Surabaya juga dinilai sebagai kota bertaraf global. Berdasarkan hasil studi perusahaan konsultan A.T Kearney, Jakarta ada di peringkat pertama dari 34 kota sebagai kota paling global.

A.T Kearney menganalisis sebanyak 34 kota di sejumlah negara berkembang berdasarkan 24 parameter yang terbagi dalam lima dimensi, yakni aktivitas bisnis, sumber daya manusia (SDM), pertukaran informasi, pengalaman sosial budaya, dan kestabilan politik.

Analisis mereka menyimpulkan Jakarta berpotensi untuk berkembang seperti kota-kota di dunia termasuk New York.

Head of Asia Pasific A.T. Kearney John Kurtz mengungkapkan bahwa dari hasil studi tersebut Jakarta menduduki peringkat pertama. Disusul dengan Manila (Filipina), Addis Ababa (Etiopia), Sao Paulo (Brasil), Rio de Janeiro (Brasil), Bogota (Kolombia), serta Mumbai (India).

Masalah Klasik Jakarta: Macet, Banjir, Ketimpangan Sosial

Terlepas dari berbagai prestasi internasional, di usia hampir 500 tahun pula, Jakarta masih juga menghadapi berbagai tantangan lain mulai dari banjir, kemacetan, kepadatan penduduk, hingga ketimpangan sosial.

Warga Jakarta sampai saat ini masih dihantui banjir. Pada Februari lalu sebagian besar wilayah Ibu Kota dilanda banjir.

Warga kini selalu waswas bila hujan datang. Hal itu dirasakan oleh Heni, warga Duren Sawit, Jakarta Timur. "Jadi deg-degan kalau hujan," kata dia, kala itu. .

Bencana banjir itu datang ketika Indonesia masih bergulat dengan peningkatan kasus penularan virus corona. BPBD Provinsi DKI Jakarta saat itu mencatat, 193 RT di Jakarta Selatan, Timur, dan Barat terendam banjir pada Sabtu (20/2).

Baca juga: Tanah Abang, Premanisme & Sekelumit Bisnis Keamanan

Jika melihat ke belakang, banjir besar pernah terjadi pada tahun 1600-an, saat Jakarta masih bernama Batavia, lalu terjadi lagi pada 1918. Usai Indonesia merdeka, banjir besar juga pernah terjadi pada awal 1976.

Di dekade 2000-an, banjir besar pernah melanda Jakarta pada 2002 dan 2007. Banjir 2007 membuat setidaknya 80 jiwa melayang dan 320 ribu jiwa mengungsi.

Banjir besar lagi-lagi menerjang Jakarta pada 2015, saat itu, curah hujan masuk kategori ekstrem, yakni 170 mm per hari.

Puluhan rumah di Kelurahan Bangka, RT 10/RW 03, Kemang, Jakarta Selatan, terendam banjir akibat curah hujan tinggi selama beberapa hari, Minggu (21/2/2021). CNN Indonesia/Andry Novelino

Empat tahun berselang, tepatnya saat malam pergantian tahun 2020, banjir besar menerjang Jakarta. Setidaknya 15 persen warga terdampak banjir awal tahun itu.

Sementara itu, ketika pembangunan berbagai infrastruktur penunjang Jakarta sebagai kota pintar terus dipercepat, permukiman kumuh dan liar juga masih bercokol di beberapa wilayah Ibu Kota.

Per 2017, Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan ada 445 RW yang dinyatakan sebagai kawasan kumuh di Jakarta. Hanya 200 RW kabarnya yang masuk dalam rencana penataan community action plan (CAP) hingga 2022 nanti.

Usai dilantik Presiden Jokowi, Menteri Sosial Tri Rismaharini atau disapa Risma juga sempat melakukan blusukan dan mendapati sekelompok tunawisma masih berkeliaran di pusat Jakarta.

Suasana pemukiman di kawasan bantaran Kali Ciliwung, Jakarta, Selasa (9/3/2021). (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Dari sisi lingkungan, kualitas udara Jakarta juga sering menjadi yang paling buruk. Pada 2019, polusi udara Jakarta sempat menjadi yang terburuk di dunia beberapa kali yakni pada saat libur Lebaran dan Oktober di tahun itu.

"Setidak-tidaknya 58,3 persen warga Jakarta menderita berbagai penyakit yang diakibatkan polusi udara yang trendnya terus meningkat setiap tahun," demikian Koalisi Inisiatif Bersihkan Udara.

Baca juga: Sejarah Jakarta Selatan, Kota Taman yang Dikepung Zaman

Pada April 2021, berdasarkan situs AirVisual, kualitas udara Jakarta juga menjadi keenam terburuk di dunia. Hal itu disebut terjadi akibat peningkatan volume kendaraan setelah setahun lebih menjalani pembatasan pergerakan akibat pandemi virus corona.

Di bulan yang sama, Perusahaan konsultan Verisk Maplecroft baru-baru ini melaporkan Jakarta menjadi kota dengan risiko bahaya lingkungan terbesar dari total 414 kota di dunia. Selain Jakarta, Kota Bandung dan Surabaya juga masuk 10 besar kota dengan risiko lingkungan terbesar versi perusahaan itu.

"Data kami mengungkapkan Jakarta adalah kota paling berisiko, sementara itu di seluruh dunia 414 kota-dengan lebih dari 1,4 miliar penduduk-juga dianggap berisiko tinggi atau ekstrem dari kombinasi polusi, pasokan air yang berkurang, tekanan panas ekstrem, bahaya alam, dan kerentanan terhadap perubahan iklim," bunyi laporan Verisk Maplecroft yang diakses Senin (21/6).