Para jurnalis surat kabar Hong Kong, Apple Daily, tak perlu berjibaku mencari berita besar, sebab bahan liputan itu ada di depan pintu kantor mereka sendiri.
Berita besar itu justru ada di depan pintu kantor media yang disebut prodemokrasi Hong Kong tersebut, Rabu (23/6).
Hari ini, Kamis (24/6) adalah edisi terakhir dari surat kabar itu setelah kantor mereka digerebek sekitar 500 polisi dan para petingginya dipidanakan menggunakan hukum keamanan nasional pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu wartawan foto Apple Daily mengatakan di ruang redaksi pada Rabu lalu dipadati lebih banyak karyawan dari berbagai lini. Ia menggambarkan keramaian itu hampir seperti reuni atau sebuah pemakaman,
"[Malam] itu adalah sebuah peluang untuk berkumpul bersama kolega bersama, kami telah membuat itu sebagai momen bersejarah," ujar dia yang tak mau namanya disebut itu seperti dikutip dari AFP, Kamis.
Dirinya pribadi melihat penegakan hukum yang dilakukan polisi Hong Kong dengan menggunakan hukum keamanan nasional itu adalah sebuah kriminalisasi yang berbahaya bagi kebebasan pers.
"Ini tidak bagus untuk masa depan pemberitaan di Hong Kong, kebebasan pers dan industri berita," katanya.
Manajemen Apple Daily diketahui memutuskan menutup surat kabar yang telah terbit selama 26 tahun itu setelah penangkapan sejumlah petinggi termasuk pemimpin redaksi dan CEO, serta pembekuan aset perusahaan senilai sekitar Rp33,3 miliar.
Selain itu, penasihat pemilik Apple Daily Jimmy Lai, Mark Simon beberapa hari lalu mengatakan surat kabar itu pun kesulitan mendapatkan pendanaan lain untuk membayar staf, ongkos produksi, serta perawatan harian.
Jimmy Lai sendiri telah menjadi pesakitan lebih dulu meringkuk di penjara karena tindakannya mendukung kelompok-kelompok prodemokrasi di Hong Kong.
Hukum keamanan nasional itu sendiri baru disahkan tahun lalu seiring makin maraknya aksi-aksi demonstrasi prodemokrasi di Hong Kong.
"Kami mencoba yang terbaik di sangat terakhir ini," ujar salah seorang staf artistik Apple Daily bernama tengah Kwok menceritakan suasana di ruang redaksi semalam.
"Sebuah perasaan yang rumit," sambungnya.
Seperti juga dirinya, ponsel rekan-rekannya di ruang redaksi malam itu ramai masuk kiriman pesan atau telepon dari mereka di luar Apple Daily yang memberikan dukungan atau menyemangati setelah apa yang terjadi.
![]() |
Di luar gedung Apple Daily, dukungan pun berdatangan dari warga Hong Kong.
Salah satunya dari pekerja transportasi Alan Tso, 30. Tso yang mengaku sudah membaca Apple Daily sejak 12 tahun lalu itu meletakkan sebuah surat bertuliskan tangan sebanyak tiga halaman di pagar kantor media tersebut.
'Terima kasih telah berdiri teguh di pos Anda, dan melaporkan berita setiap hari untuk warga Hong Kong,' demikian salah satu kalimat yang tertulis dalam suratnya.
"Apple Daily berdiri untuk semangat berani melakukan apa yang Anda yakini benar," kata Tso kepada AFP.
Beatrice, 27, sama seperti Tso. Dia mengajak seorang kawannya untuk datang ke depan kantor Apple Daily yang berada di kawasan industri Hong Kong untuk memberikan dukungan.
"Saya merasa memang saya harus pergi [ke sini]," katanya.
Seorang pria dengan masker berwarna kuning, Chow, juga seperti Tso. Dia menyimpan surat tulisan tangan untuk mendukung Apple Daily di pagar kantor media tersebut.
"Saya kira Hong Kong tak punya masa depan lagi... Kita tak akan pernah memiliki Hong Kong yang lama lagi karena sejak hukum keamanan nasional datang semua kebebasan pers, kebebasan berekspresi, dan kebebasan berkumpul telah ditekan oleh pemerintah," ujarnya.
Lepas tengah malam, ketika seluruh eksemplar surat kabar Apple Daily hari ini diproduksi, sejumlah staf surat kabar itu keluar dari dalam gedung. Mereka melambaikan tangan, mengangkat tinggi-tinggi surat kabar yang masih segar dilipat untuk ditunjukkan ke arah kerumunan warga yang berada di luar pagar.