Belum tuntas tangani gelombang baru pandemi Covid-19, India dan Malaysia kini dihadapkan dengan pergolakan politik di pemerintahan.
Sebanyak 12 menteri kabinet Perdana Menteri India Narendra Modi kompak mengundurkan diri pada Rabu (7/7).
Satu dari 12 menteri yang mundur itu adalah Menteri Kesehatan Harsh Vardhan yang menjadi sorotan di tengah gelombang pandemi Covid-19 India.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemunduran Vardhan cukup mengejutkan lantaran dia merupakan salah satu loyalis Modi. Modi bahkan kerap memujinya karena dinilai cepat tanggap dalam menangani pandemi Covid-19.
Beberapa pihak termasuk oposisi pemerintah Modi menganggap Vardhan dijadikan kambing hitam. Ketua Kongres India, Randeep Singh Surjewala, menilai Otoritas Penanganan Bencana Nasional India lah yang seharusnya bertanggung jawab atas tindakan kriminal "salah penanganan" pandemi Covid-19.
"Dan lembaga itu dipimpin oleh Perdana Menteri. Dan apakah PM akan bertanggung jawab atas ini semua? Atau apakah PM hanya akan menjadikan Dr. Vardhan sebagai kambing hitam atas kegagalan PM?" ujar Surjewala melalui Twitter, seperti dikutip Hindustan Times.
Selain itu, sejumlah pihak lainnya juga menganggap belasan menteri yang mundur ini menggambarkan popularitas Modi berangsur turun karena kebijakannya dalam menangani pandemi.
Modi sudah mendeklarasikan kemenangan negara atas pandemi Covid-19 pada Januari lalu, ketika tren infeksi corona di India berangsur turun. Saat itu, sekolah dan perkantoran juga sudah mulai dibuka setelah India sempat menerapkan lockdown.
Alih-alih mempersiapkan sistem kesehatan negara menghadapi ancaman gelombang baru corona, Modi dan partainya malah sibuk menggelar kampanye pemilihan kepala daerah di sejumlah negara bagian. Kampanye tersebut pun tak mengindahkan aturan menjaga jarak lantaran memicu kerumunan warga.
Sejumlah ilmuwan India juga mengatakan pemerintah mengabaikan peringatan dari mereka mengenai bahaya mutasi virus corona yang lebih ganas, B.1.617 atau lebih dikenal dengan varian Delta.
Peringatan tentang varian baru diterbitkan Konsorsium Genetika SARS-CoV-2 (INSACOG) pada awal Maret.
Menurut seorang ilmuwan yang mengetahui masalah itu, hasil penelitian kemudian disampaikan kepada pejabat tinggi pemerintah yang melapor ke Modi. Namun, pemerintahan Modi tak segera menganggap laporan itu secara serius.
Sebulan kemudian, sekitar April, India mulai mencatat lonjakan kembali infeksi corona harian. Pada 21 April lalu, India mencatat 300 ribu kasus corona baru dalam sehari.
Sejak itu, India terus mencatat infeksi Covid-19 sebanyak lebih dari 200 ribu kasus setiap hari. Ribuan pasien Covid-19 juga meninggal dunia setiap harinya.
Gelombang kedua virus corona ini pun sontak membuat sistem kesehatan India yang tidak sepenuhnya kondusif kian rentan hingga kolaps.
Banyak pasien yang tidak mendapatkan tempat tidur rumah sakit terpaksa dirawat di luar RS hingga di bawah pohon.
Layanan krematorium India juga terus dipecut beroperasi selama 24 jam selama sepekan untuk melakukan kremasi jasad pasien Covid-19 yang terus berdatangan.
WHO sempat mengkhawatirkan krisis pandemi India bisa berpengaruh terhadap situasi Covid-19 global. Banyak negara sejak itu menutup atau membatasi perbatasan dari pendatang yang berasal dari India.